Sabtu 06 Jul 2019 08:15 WIB

Harga Minyak Dunia Merangkak Naik, Dipicu Ketegangan Iran

Perpanjangan pengurangan produksi OPEC turut mendongkrak harga minyak dunia.

Red: Nur Aini
Harga minyak dunia melonjak (ilustrasi)
Harga minyak dunia melonjak (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak berjangka naik pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena ketegangan atas Iran serta perpanjangan pengurangan produksi OPEC dan sekutunya. Akan tetapi, data ekonomi yang beragam membatasi reli.

Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September naik 0,93 dolar AS atau 1,47 persen menjadi menetap pada 64,23 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Sementara, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus naik 0,17 dolar AS menjadi menetap pada 57,51 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Pasar AS ditutup pada Kamis (4/7) untuk hari libur nasional.

Baca Juga

Kedua tolok ukur harga minyak turun untuk minggu ini, karena kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi global. Brent mencatat kerugian mingguan 3,3 persen dan WTI merosot sekitar 1,8 persen.

Perang perdagangan AS-China telah mengurangi prospek pertumbuhan ekonomi global dan permintaan minyak, tetapi pembicaraan dilanjutkan pekan depan dalam upaya untuk mengatasi kebuntuan.

"Keruwetan ini mempertahankan perasaan berat yang mulai digerakkan awal pekan ini dengan memuncaknya ekspektasi perlambatan ekonomi global yang akan memengaruhi permintaan minyak," kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates dalam sebuah catatan.

Pesanan industri Jerman turun jauh lebih besar dari yang diharapkan pada Mei. Kementerian Ekonomi Jerman mengatakan sektor dari ekonomi terbesar Eropa ini kemungkinan akan tetap lemah dalam beberapa bulan mendatang.

Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan pengusaha-pengusaha non-pertanian menambahkan 224 ribu pekerjaan pada bulan lalu, terbesar dalam lima bulan. Namun, pesanan baru untuk barang-barang pabrik AS turun selama dua bulan berturut-turut pada Mei yang memicu kekhawatiran ekonomi.

Badan Informasi Energi AS melaporkan pada Rabu (4/7) penurunan mingguan 1,1 juta barel dalam stok minyak mentah, lebih kecil dari penarikan 5,0 juta barel yang dilaporkan oleh American Petroleum Institute dan lebih rendah dari perkiraan para analis. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen sekutunya seperti Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, mendukung harga dengan memperpanjang kesepakatan mereka untuk pengurangan pasokan.

Ketegangan di Timur Tengah juga menawarkan dukungan, terutama kepada Brent. "Brent menilai risiko geopolitik lebih banyak daripada WTI," kata Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group di Chicago. Iran mengancam akan menangkap kapal Inggris setelah pasukan Inggris menangkap sebuah kapal tanker Iran di Gibraltar atas tuduhan kapal itu melanggar sanksi Uni Eropa terhadap Suriah.

"Jika Inggris tidak melepaskan tanker minyak Iran, itu adalah kewajiban pihak berwenang untuk merebut tanker minyak Inggris," tulis seorang Komandan Pengawal Revolusi di Twitter.

Sebuah survei Reuters menemukan bahwa produksi minyak OPEC merosot ke level terendah baru lima tahun pada Juni. Hal itu karena kenaikan pasokan Saudi tidak mengimbangi penurunan di Iran dan Venezuela akibat sanksi Amerika Serikat dan penghentian operasi lainnya di tempat lain dalam kelompok tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement