REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Platform teknologi sistem pembayaran yang dimiliki oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), LinkAja cetak transaksi cash-in sekitar Rp 600 miliar per bulan. Chief Operating Officer (COO) LinkAja, Haryati Lawidjaja menyampaikan hingga saat ini total pengguna LinkAja sekitar 23 juta akun.
"Transaksi LinkAja bisa dilayani di 180 ribu titik seluruh Indonesia, per Juni 2019, sebanyak 3,5 juta pengguna melakukan cash-in saldo senilai Rp 600 miliar tidak termasuk transfer," kata dia dalam Media Briefing di Kantor LinkAja di Energy Building, Jakarta Pusat, Kamis (4/7).
Sebanyak 80 persen isi saldo melalui perbankan. Jumlah pelanggan yang melakukan transaksi sebanyak 100 ribu orang per closing Juni 2019. Titik penerimaan transaksi dalam satu bulan berjumlah sekitar 130-160 ribu titik baik ATM, cabang, maupun toko mitra.
CEO LinkAja, Danu Wicaksana, menyampaikan saat ini mereka sedang berupaya agar semua EDC milik bank Himbara bisa menerima pembayaran LinkAja. Diharap ini akan memperluas jangkauan penggunaan.
Menurutnya, LinkAja juga memiliki perbedaan dengan aplikasi uang elektronik lain yang telah populer di masyarakat. Danu menyampaikan LinkAja lebih fokus pada pembayaran pemenuhan kebutuhan dasar daripada gaya hidup.
Sehingga LinkAja bermain di sektor transportasi publik, remitansi, toko ritel, layanan keuangan, hingga tagihan-tagihan. "LinkAja menawarkan pembayaran untuk sesuatu yang memang kebutuhan dasar esensial sehari-hari," kata dia. Kini LinkAja dapat digunakan untuk pembayaran MRT, kereta api, kereta Commuter Line Jabodetabek, SPBU, e-commerce, tagihan listrik, BPJS, pembayaran tol, remitansi, hingga pembayaran asuransi.