REPUBLIKA.CO.ID, LEMBANG -- Petani tomat di Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat mengalami kerugian akibat musim kemarau yang sudah berlangsung sejak dua bulan terakhir. Dampak yang dirasakan langsung adalah mengeringnya lahan pertanian.
Salah seorang petani, Anah (64 tahun) mengungkapkan buah tomat yang sedang ditanam mengering karena pasokan air kurang. Sehingga mengalami busuk dan tidak bisa dipanen. Hal itu berdampak kepada harga tomat yang menjadi lebih mahal.
"Kalau cuaca normal dari 3.000 pohon yang ditanam menghasilkan lima kuintal tomat. Kalau sekarang panen sekitar 2,5 kuintal tomat," ujarnya, Selasa (2/7). Menurutnya, buah tomat yang terkena dampak kekeringan banyak yang rusak, bolong dan berwarna hitam.
Akibatnya, tomat tersebut tidak bisa dipanen. Namun harus dipisahkan dari tomat yang bagus dan kemudian dibuang ke tempat sampah. Menurutnya, kondisi tersebut tidak hanya terjadi pada dirinya namun juga terjadi ke petani lainnya di desa tersebut.
Anah mengatakan saat ini menjual tomat perkilogram ke bandar sebesar Rp 9.000 dan diperkirakan dipasaran jauh lebih mahal. Menurutnya, kerusakan tanaman tomat ditengarai karena faktor perubahan cuaca.
Ia mengatakan, agar terhindar dari kerugian yang semakin besar. Maka dirinya akan menunda masa tanam sampai musim kemarau berakhir. "Dibiarkan dulu sampai memasuki awal musim hujan, nanti ganti sama tanaman jenis lain," katanya.
Dirinya menambahkan, komoditas sayuran lainnya seperti buncis, cabai dan brokoli mengalami kenaikan harga yang disebabkan faktor cuaca. Katanya, buncis saat ini dijual Rp 7.500 per kilogram, brokoli Rp 8.000 per kilogram dan cabai Rp 50 ribu per kilogram.