REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk belum menginginkan melakukan ekspansi pasar rumah sakit syariah atau halal. Hal ini menyusul maraknya rumah sakit syariah di Indonesia.
Direktur Sarana Meditama Metropolitan Hassan Themas mengatakan perusahaan masih memfokuskan ekspansi di pasar rumah sakit general. “Kemarin sempat ada pembahasan ke arah sana (membangun rumah sakit syariah atau halal). Namun kami memutuskan untuk fokus di pasar saat ini karena pengadaan rumah sakit syariah juga membutuhkan lingkungan dan kesiapan tertentu,” ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Ahad (30/6).
Menurutnya pasar syariah sangat menjanjikan karena skalanya besar. Namun saat ini perusahaan tengah melakukan survei rumah sakit yang layak diakuisisi, mulai dari rumah sakit bertipe B di beberapa lokasi.
"Kami belum bisa berbagi banyak mengenai akuisisi termasuk membeberkan lokasi, sampai investasi karena masih dalam tahapan perencanaan dan kami tidak eksekusi tahun ini," ucapnya.
Hassan mengungkapkan strategi akuisisi lebih memakan waktu singkat dibandingkan membangun rumah sakit dari awal. Semisal menerima izin pembangunan (IMB) pihaknya baru mendapatkan tiga sampai enam bulan, sehingga total pembangunan satu rumah sakit memakan waktu 1-2 tahun.
Sementara tahapan akuisisi, biaya yang dikeluarkan juga masih banyak karena harus ada renovasi dan perbaikan gedung, namun proses pengoperasian lebih cepat.
"Mencari rumah sakit yang diakuisisi seperti mencari jodoh, sulit dan butuh pertimbangan banyak. Makanya kami belum fokus juga ke sana. Tahun ini fokus pada pembangunan RS di Balikpapan dulu," ujarnya.
Direktur Sarana Meditama Metropolitan Surina menambahkan perusahaan membidik pertumbuhan pendapatan sebesar 22 persen hingga 26 persen atau sekitar Rp 1,2 triliun hingga akhir tahun ini. Pada kuartal I 2019, emiten bisnis rumah sakit ini meraup pendapatan Rp 274,94 miliar atau tumbuh 23,61 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.
Adapun pendapatan perusahaan tahun ini masih akan didukung empat Rumah Sakit OMNI yang dimiliki perusahaan. Adapun kontribusi paling besar dari OMNI Hospitals Pulomas dan Alam Sutera.
“Kami targetkan pendapatan tumbuh sekitar 22 persen-26 persen, sedangkan laba bersih masih in line,” ucapnya.
Menurutnya kontribusi OMNI Hospitals di Pekayon juga akan tumbuh lebih besar tahun ini dibanding tahun sebelumnya. "OMNI Pekayon tahun ini kami harapkan pertumbuhannya bisa mencapai 10 persen 15 persen dari tahun sebelumnya hanya 5 persen, karena rumah sakit baru beroperasi,” ucapnya.
Di sisi lain, perusahaan telah menganggarkan belanja modal sekitar Rp 90 miliar. Dana tersebut bersumber dari kas internal dan pinjaman perbankan.
"Pendanaan kita akan lihat cashflow perusahaan terlebih dahulu, mungkin pendanaan itu mungkin sekitar 40 persen dari kas dan sisanya pinjaman perbankan," ungkapnya.
Hassan menjelaskan capex dipergunakan untuk menunjang bisnis perusahaan sebagai pengelola OMNI Hospitals. "Kita akan tambah bed, pembeliaan alat-alat medis dan juga seiring bergabungnya fokter-dokter baru di RS perusahaan," jelasnya.
Saat ini, perusahaan memiliki empat rumah sakit bertaraf sekunder dan kuartener atau menyasar kelas menengah atas. Rumah sakit tersebut antara lain OMNI Hospital Pulomas dengan jumlah 168 tempat tidur didalamnya, yang berdiri sejak 1984 di atas lahan 11.000 meter persegi.
Lalu OMNI Hospital Alam Sutera l, berdiri pada 2007 dengan jumlah 232 tempat tidur dan ada di atas lahan seluas 25ribu meter persegi. Selanjutnya OMNI Hospital Cikarang yang sudah ada sejak 2016 dan jumlah 250 tempat tidur di atas lahan 16 ribu meter persegi.
Terbaru adalah OMNI Hospital Pekayon yang selesai dibangun pada 2018, dengan jumlah 250 tempat tidur di atas lahan 16.000 meter persegi.
Dari keempatnya, OMNI Pulomas menempati okupansi kamar tertinggi yaitu sebesar 76 persen, OMNI Alam Sutera sebesar 62 persen, lalu OMNI Cikarang sebesar 59 persen dan OMNI Pekayon sebesar 12 persen.
Adapun jumlah tempat tidur yang akan ditambah kepada keempat aset rumah sakitnya (existing asset) adalah sebanyak 50-70 tempat tidur untuk masing-masing rumah sakit. Pembangunan lain yang masih digodok oleh perusahaan adalah membangun OMNI Hospital Balikpapan yang saat ini masih pada tahapan pengurusan izin pembangunan dan amdal.
"Karena letaknya cukup jauh, di luar pulau Jawa jadi cukup besar biaya investasinya, yakni sekitar 30 juta dolar AS. Kami rencananya membangun dengan kapasitas 200 bed," ucapnya.