Kamis 27 Jun 2019 19:37 WIB

Warga Indonesia Habiskan Rp4,4 Trilun untuk Belanja Aplikasi

Besarnya nilai tersebut, turut menyumbang defisit neraca jasa pada sektor TIK.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Esthi Maharani
Ilustrasi Game Online
Foto: Foto : MgRol_94
Ilustrasi Game Online

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat Indonesia tercatat menghabiskan dana sebanyak 313,5 juta dolar AS atau sekitar Rp 4,4 triliun pada tahun 2018 untuk belanja aplikasi perangkat teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Besarnya nilai tersebut, turut menyumbang defisit neraca jasa pada sektor TIK.

Hal tersebut diungkapkan Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB), Nunung Nuryartono. Aplikasi yang dibeli tersebut dapat disebut sebagai impor jasa sektor TIK yang menggerus devisa. Sebab, merupakan aplikasi yang dirintis oleh platform asing.

"Total spending belanja konsumen selama 2018 mencapai 313,5 juta dolar AS untuk membeli mobile apps yang dikeluarkan. Ini yang harus kita highlight," kata Nunung di Jakarta, Kamis (27/6).

Nunung menyebut, aplikasi yang diunduh tersebut termasuk aplikasi game online yang saat ini sedang naik daun. Berbagai macam aplikasi itu, seperti diketahui merupakan aplikasi berbayar. Besarnya transaksi untuk pembelian aplikasi secara online juga didukung dengan besarnya jumlah kepemilikan ponsel sekaligus peneterasi internet di Indonesia.

"Populasi Indonesia mencapai 268,2 juta orang, tapi jumlah handphone lebih banyak, yaitu 355,3 juta. Pengguna internet 150 juta dan pengguna media sosial 150 juta," paparnya.

Di satu sisi, Nunung mengungkapkan, rata-rata waktu penggunaan internet Indonesia tercatat lebih lama daripada rata-rata nasional. Di Indonesia, kata dia, masyarakat menggunakan internet selama 8,5 - 9 menit per jam. Namun, rata-rata internasional hanya 6 menit per jam.

Selain berbelanja aplikasi, kehadiran online marketplace saat ini juga meningkatkan transaksi jual beli barang antar negara. Nunung mengatakan, kondisi tersebut merupakan implikasi dari adanya kehadiran internet. Dampak positifnya, internet dapat memperkaya pengetahuan masyarakat, namun disisi lain mendorong impor barang dan jasa.

"Kalau banyak impor, uang kita yang dikeluarkan. Ini pasti memberatkan kondisi neraca perdagangan kita," ujar Nunung. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement