REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia memberi sinyal adanya penurunan suku bunga acuan atau 7-Day Reverse Repo Rate. Mengingat Bank Sentral telah ketujuh kalinya menahan suku bunga acuan sebesar 6 persen, dengan suku bunga deposit facility sebesar 5,25 persen dan suku bunga lending facility sebesar 6,75 persen.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan pihaknya membuka lebar peluang penurunan suku bunga acuan dalam beberapa waktu ke depan. Hal ini dengan mempertimbangkan menurunnya tekanan eksternal dan pergerakkan arus modal di neraca pembayaran.
"Kita juga sudah berikan sinyal bahwa ke depannya akan ada penurunan bunga, tinggal masalah timing (waktu) di global atau eksternal, atau khususnya berdampak ke neraca pembayaran," ujarnya kepada wartawan di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (21/6).
Menurutnya saat ini Bank Sentral sudah mengarah pada pelonggaran kebijakan moneter, meskipun hingga saat ini belum menurunkan suku bunga. Adapun pelonggaran kebijakan moneter direalisasikan dengan memangkas rasio Giro Wajib Minimum Rupiah di perbankan sebesar 50 basis poin atau 0,5 persen, efektif per 1 Juli 2019.
“Kami ingin turut memberikan stimulus terhadap pertumbuhan ekonomi domestik,” ucapnya.
Perry mengakui pada kuartal I dan II 2019 sumber-sumber pertumbuhan ekonomi belum bekerja optimal. Diharapkan, pada semester II 2019 upaya Bank Sentral dan pemerintah sudah memberikan hasil, khususnya untuk mendorong investasi dan ekspor.
"Kunci dari meningatkan investasi swasta baik dalam dan luar negeri, tentu juga sinergi kebijakan dengan pemerintah," ucapnya.
Dengan dipertahankannya suku bunga acuan, maka suku bunga penyimpanan dana perbankan Bank Indonesia (Deposit Facility) tetap sebesar 5,25 persen, dan suku bunga penyediaan dana BI ke perbankan (Lending Facility) tetap sebesar 6,75 persen.
Adapun Bank Indonesia memandang pertumbuhan ekonomi akan berada antara 5 persen - 5,2 persen untuk keseluruhan tahun atau lebih rendah dari titik tengah proyeksi awal di 5 persen - 5,4 persen dan defisit transaksi berjalan pada 2019 diperkirakan sebesar 2,5 persen - 3 persen Produk Domestik Bruto.