Kamis 20 Jun 2019 15:46 WIB

Bank Indonesia Tetap Pertahankan Suku Bunga Acuan

Untuk menstabilkan kondisi pasar, BI menurunkan GWM perbankan 50 basis poin

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Suku bunga Bank Indonesia
Foto: IST
Suku bunga Bank Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 19-20 Juni 2019 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan. BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) tetap sebesar 6,00 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen.

Gubernur BI, Perry Warjiyo menilai BI selalu memantau bagaimana kondisi pasar keuangan global dan stabiltias eksternal, dalam hal ini kondisi Neraca Pembayaran Indonesia, dalam menentukan suku bunga acuan. Beberapa indikator seperti inflasi dan operasi moneter juga menjadi perhatian utama.

Baca Juga

"Penurunan suku bunga memang akan ke arah sana, masalah waktu saja, tergantung kita lihat kondisi global dan kestabilan eksternal," kata dia dalam konferensi pers di Komplek BI, Jakarta, Kamis (20/6).

Menurutnya, kondisi pasar keuangan global hingga beberapa waktu kedepan masih akan diikuti aliran modal masuk ke negara emerging market. Ini akan memperngaruhi neraca modal dan finansial yang berimbas pada defisit neraca berjalan Indonesia.

Sebagai upaya menstabilkan kondisi pasar melalui operasi moneter, BI menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) perbankan sebesar 50 basis poin. Sehingga GWM bank konvensiona menjadi 6,0 persen dan GWM bank syariah menjadi 4,5 persen, berlaku efektif pada 1 Juli 2019.

"Harapannya, ini otomatis menambah likuiditas pasar keuangan sehingga bisa meningkatkan penyaluran kredit," kata Perry.

Hal ini diharapkan bisa menjadi stimulus efektif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Kebijakan makroprudensial juga tetap akomodatif untuk mendorong penyaluran kredit perbankan dan memperluas pembiayaan bagi perekonomian. Selain itu, kebijakan sistem pembayaran dan pendalaman pasar keuangan terus diperkuat guna mendukung pertumbuhan ekonomi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement