Rabu 19 Jun 2019 21:05 WIB

Bekas Tukang Ojek Jadikan Bambu Kerajinan Raup Untung Besar

Kerajinan yang dibuat olehnya merupakan miniatur sebuah bangunan.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Gita Amanda
Dian Setiawan (42), warga Cisarua, Bandung Barat, bekas tukang ojek berhasil meraup keuntungan dari usaha yang dirintisnya mengolah bambu menjadi kerajinan, Rabu (18/6).
Foto: Republika/Fauzi Ridwan
Dian Setiawan (42), warga Cisarua, Bandung Barat, bekas tukang ojek berhasil meraup keuntungan dari usaha yang dirintisnya mengolah bambu menjadi kerajinan, Rabu (18/6).

REPUBLIKA.CO.ID, NGAMPRAH -- Sekitar 2011 silam, disela-sela menunggu penumpang, Dian Setiawan, warga Cisarua, Bandung Barat yang berprofesi sebagai tukang ojek membuat kerajinan tangan berbahan baku bambu. Saat itu, kerajinan yang dibuat olehnya merupakan miniatur sebuah bangunan.

Hasil karyanya itu mendapatkan apresiasi dan pujian dari keluarganya. Berbekal dorongan tersebut, ia mulai merintis membuat kerajinan berbahan baku bambu. Dengan pendampingan yang dilakukan oleh pemerintah daerah Bandung Barat.

"Awalnya tukang ojek terus iseng-iseng aja bikin kerajinan. Pas udah jadi barangnya kata yang dirumah bikinnya bagus," ujarnya saat ditemui di pameran UMKM dalam rangka HUT Bandung Barat di Ngamprah, Rabu (18/6).

Sejak saat itu, ia menceritakan mulai membuat kerajinan miniatur berbahan baku bambu. Untuk meningkatkan skill pun, Dian mengaku sering mengikuti pelatihan yang diadakan oleh pemerintah daerah.

Seiring perjalanan, dirinya merasa kerajinan miniatur hanya dinikmati oleh kalangan tertentu. Oleh karena itu, ia berpikir agar produk karyanya bisa dinikmati oleh masyarakat banyak. Maka membuat kerajinan seperti tempat makan, piring dan gelas.

"Saat produk-produk seperti gelas, piring dibawa ke pameran. Responnya bagus dari pengunjung," katanya. Saat ini, Dian mengungkapkan sudah banyak kerajinan bambu yang dibuatnya seperti otopet, miniatur menara Eiffel serta kerajinan mainan seperti truk.

"Segala macam kerajinan yang sanggup dibuat. Tapi yang sering dibuat alat makan piring, cangkir. Alhamdulillah pesanan banyak," katanya. Menurutnya, saat ini pihaknya tengah menyelesaikan pekerjaan membuat toples kopi berbahan baku bambu.

"Sekarang lagi buat kemasan kopi (toples) sebanyak 1.000 buah ukuran 100 gram. Ini buat perusahaan. Tapi banyak juga yang beli konsumen pribadi," katanya. Ia mengungkapkan, alat-alat makan berbahan baku bambu dijamin aman digunakan dan tidak menggunakan bahan kimia.

"Barang yang kita aman digunakan, gak pakai kimia tapi herbal untuk pelapisnya. Pakai air panas bisa dan tahan sudah diujicoba," katanya. Bambu yang banyak digunakan olehnya yaitu bambu tali dan gombong.

Produk-produknya pun kini sudah ada yang membeli dari luar negeri seperti Jerman, Yunani dan Saudi. Menurutnya, penjualan secara online memudahkan produknya terjual sampai keluar negeri.

Dian mengatakan, sudah 10 macam bentuk cangkir yang dibuatnya. Dengan harga satu cangkir bervariasi dari Rp 25 ribu hingga Rp 30 ribu. Sedangkan harga miniatur mainan dan lainnya dari Rp 50 ribu hingga Rp 1.5 juta.

"Untuk pengerjaan tergantung tahap kesulitan. Paling sulit bisa satu minggu membuat miniatur menara eiffel. Kalau gelas sehari bisa 50 unit," katanya. Selama ini, ia mengungkapkan proses pengerjaan pengolahan bambu menjadi kerajinan dilakukan manual dengan menggunakan peralatan tukang.

"Alhamdulillah karyawan sekarang ada empat orang. Dengan omzet perbulan Rp25-30 juta," ujarnya yang memiliki bengkel di Cisarua RT 01 RW 12, Desa Kertawangi, Bandung Barat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement