REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom dari Universitas Indonesia Fithra Faisal menilai, inflasi bahan pangan pada Mei 2019 disebabkan jalur distribusi yang tak baik. Padahal, seharunya inflasi dapat dihindari sejak jauh-jauh hari apabila pemerintah memperhatikan elemen tadi.
Mengacu catatan Badan Pusat Statistik (BPS), bahan pangan menyumbang kontribusi inflasi Mei 2019 sebesar 0,43 persen. Kelompok bahan pangan tercatat mengalami kenaikan harga sebesar 2,02 persen atau mengalami kenaikan indeks dari 149,03 pada April 2019 menjadi 152,04 pada Mei 2019. Menurut dia, pemerintah dapat mengantisipasi terjadinya lonjakan harga apabila jalur distribusi termanfaatkan dengan baik.
“Seperti cabai, padahal masuk masa panen. Tapi kenapa menyumbang inflasi? Ini yang jadi pertanyaan,” kata Fithra saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (11/6).
Mengacu data BPS, kenaikan harga cabai merah memberikan sumbangan inflasi Mei 2019 sebesar 0,10 persen. Sedangkan bahan pangan lainnya seperti daging ayam ras dan bawang putih berkontribusi terhadap inflasi masing-masing sebesar 0,05 persen. Selebihnya, kenaikan harga komoditas pangan seperti sayuran meliputi bayam, kangkung, dan sawi hijau terbilang kecil sebesar 0,01 persen.
Dia menambahkan, jika pemerintah terlambat memperbaiki stabilitas jalur distribusi, maka kecenderungan inflasi dapat merambet hingga bulan depan. Di sisi lain Fithra mengatakan, inflasi juga disebabkan oleh adanya langkah pemerintah yang lamban dalam merespons gejolak harga.
“Seperti polemik penugasan impor bawang putih antara Bulog dengan importir saja, ini butuh waktu lama bagi pemerintah memutuskan. Akhirnya, harga terlanjur tinggi,” kata Fithra.
Padahal, menurut dia, dalam kebijakan importasi pangan, harusnya pemerintah sudah memiliki rencana acuan yang baku dalam mengantisipasi gejolak harga. Sehingga apabila hal tersebut dilaksanakan, stabilitas harga pangan dapat terjaga dan inflasi dipastikan dapat diantisipasi dengan baik.