Selasa 11 Jun 2019 23:44 WIB

BI Proyeksikan Nilai Tukar Rupiah Tahun Depan Membaik

Nilai tukar rupiah akan berada pada rentang Rp 13.900 sampai Rp 14.300 per dolar AS.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Teguh Firmansyah
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memperkirakan, rata-rata nilai tukar rupiah pada 2020 akan berada pada kisaran Rp 13.900 sampai dengan Rp 14.300 per dolar Amerika Serikat (AS). Kondisi ini membaik dibanding dengan prediksi BI terhadap rata-rata nilai tukar rupiah tahun ini yang berada di rentang Rp 14 ribu sampai Rp 14.400 per dolar AS.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menuturkan, perbaikan nilai tukar pada tahun depan ditopang oleh pendalaman pasar keuangan. Kondisi tersebut dapat menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah. "Maupun juga efisiensi pasar valas domestik," ujarnya dalam rapat bersama Badan Anggaran (Banggar) DPR di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (11/6).

Baca Juga

Nilai tukar rupiah yang terkendali juga menopang inflasi pada level rendah, Sebagaimana diketahui, pada Mei, inflasi tercatat 3,32 persen year-on-year. Perry menilai, semua komponen terkendali baik dari sisi inflasi inti, administered price maupun volatile food, sehingga inflasi yang rendah juga terkendali untuk beberapa bulan ke depan.

Pada akhir 2019, Perry menambahkan, BI memperkirakan bahwa inflasi akan berada di bawah titik tengah kisaran sasaran inflasi 3,5 persen plus minus satu persen. Hal ini ditopang oleh komitmen BI untuk tetap menjaga konsistensi kebijakan untuk stabilisasi harga. "Di samping itu, koordinasi yang erat dengan pemerintah pusat maupun daerah melalui tim pengendalian inflasi di pusat maupun di daerah," katanya.

Pada 2020, BI memperkirakan inflasi tetap rendah pada kisaran sasaran yaitu tiga persen plus minus satu persen. Penurunan inflasi ini dipengaruhi oleh inflasi inti yang terkendali sejalan dengan memadainya kapasitas produksi domestik dalam memenuhi kenaikan permintaan distribusi barang dan jasa.

Selain itu, Perry menuturkan, ketersediaan infrastruktur juga memberikan kontribusi terhadap perbaikan inflasi. Kondisi ini berdampak positif pada penurunan biaya transportasi. "Dan akhirnya, inflasi juga erat antara Bank Indonesia dengan pemerintah pusat, di samping juga ekspektasi inflasi yang terjaga dan stabilitas nilai tukar yang terkendali," ucapnya.

Perry memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 akan berada dalam kisaran 5,1 sampai 5,5 persen. Prospek ini ditopang oleh permintaan domestik yang meningkat dan perbaikan kinerja sektor eksternal. Di sisi lain, konsumsi diperkirakan tumbuh tetap tinggi dan investasi diprediksi akan tumbuh meningkat.

Ia meyakini prospek ekspor membaik sejalan dengan proyeksi ekonomi global yang mulai meningkat maupun perbaikan harga komoditas dunia. Prospek ekonomi domestik yang membaik juga ditopang oleh perbaikan efisiensi dan produktivitas perekonomian.

Hal tersebut sejalan dengan dampak positif dari berbagai kebijakan reformasi struktural yang ditempuh pemerintah. "Baik di infrastruktur, perbaikan iklim investasi maupun di sektor-sektor yang lain," ujar Perry.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement