Selasa 11 Jun 2019 16:04 WIB

BUMDes di Kupang Rintis Usaha Beras Gogo Wangi

Beras kelas premium yang dihasilkan itu dijual dengan harga Rp 13 per kg.

Pedagang menunjukan beras premium di salah satu agen penjual beras di Pasar Palmerah, Jakarta, Kamis (1/2).
Foto: Republika/Prayogi
Pedagang menunjukan beras premium di salah satu agen penjual beras di Pasar Palmerah, Jakarta, Kamis (1/2).

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Provinsi Nusa Tenggara Timur, Sinun Petrus Manuk mengatakan badan usaha milik desa (BUMDes) Mada Ole di Kabupaten Sumba Barat merintis usaha dengan memproduksi beras gogo wangi. Menurutnya, BUMDes berhasil mengelola potensi kekayaan alam sebagai sumber kekuatan ekonomi desa dengan dukungan program dana desa.

"Beberapa waktu lalu kami sudah luncurkan sekitar enam ton beras gogo wangi sebagai usaha baru yang dirintis BUMDes Mada Ole," katanya, Selasa (11/6).

Ia menjelaskan, beras kelas premium yang dihasilkan itu dijual dengan harga Rp 13 ribu/kilogram dan disalurkan ke instansi di daerah setempat. Salah satunya Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Waikabubak.

"Jadi usahanya sudah bagus sekali, sudah mendatangkan keuntungan, dan BUMDes ini merupakan salah satu yang akan diperkuat sebagai unggulan dari NTT," katanya.

Ia mengatakan, pemerintah provinsi sesuai arahan gubernur setempat menargetkan akan membentuk sebanyak 100 BUMDes unggulan. BUMDes ini mengelola berbagai potensi di desa masing-masing.

Sinun mengatakan pihaknya saat ini sedang melakukan seleksi dari sekitar 200 BUMDes yang didaftarkan dari 21 kabupaten untuk dikembangkan sebagai unggulan. "Nanti dari 200 ini kami akan tetapkan 100 BUMDes yang akan diperkuat sehingga betul-betul menjadi unggulan," katanya.

Ia menyebut beberapa BUMDes yang sukses mengelola potensi lokal sebagai sumber ekonomi seperti BUMDes di Desa Kufeu Kabupaten Malaka yang mengelola kelor, BUMDes di Desa Lapale Kabupaten Sumba Barat yang mengelola objek wisata Lapale Hills, dan lainnya.

"Jadi kami terus dorong agar BUMDes-BUMDes kita dikelola dengan prinsip bisnis yang mampu mendatangkan keuntungan bagi pembangunan di desa," katanya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement