Senin 10 Jun 2019 07:57 WIB

Kasus Huawei, China Peringatkan Microsoft Hingga Samsung

Hubungan perdagangan antara Amerika Serikat dan China telah rusak

Bendera Cina.
Foto: ABC News
Bendera Cina.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah China memperingatkan perusahaan teknologi besar, termasuk Microsoft dan Dell dari Amerika Serikat serta Samsung dari Korea Selatan. Para perusahaan teknologi tersebut akan menghadapi konsekuensi yang mengerikan jika menuruti larangan administrasi yang diberlakukan Pemerintahan Presiden Donald Trump terkait Huawei.

Menurut New York Times, mengutip seorang sumber yang mengikuti pertemuan tersebut pada Sabtu (8/6), peringatan itu disampaikan dalam pertemuan yang digelar pada Selasa dan Rabu. Sebelumnya, Beijing mengumumkan telah membuat daftar perusahaan dan individual yang "tak dapat dipercaya", yang dianggap sebagai cara untuk membalas pemerintahan Trump karena memutuskan rantai penjualan Huawei, raksasa elektronik Cina, di Amerika.

Baca Juga

Pembuat semikonduktor Arm of Britain dan SK Hynix dari Korea Selatan juga diundang dalam pertemuan tersebut.

Pertemuan dipimpin oleh badan perencanaan ekonomi pusat Cina, Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional, dan dihadiri oleh perwakilan dari Kementerian Perdagangan dan Kementerian Industri dan Teknologi Informasi yang menyampaikan sambutan kepada sejumlah perusahaan yang mengekspor barang ke Cina, menurut dua orang yang akrab dengan pertemuan itu.

Keterlibatan tiga badan Pemerintah Cina menunjukkan adanya koordinasi tingkat tinggi dan kemungkinan persetujuan dari pimpinan paling atas. Intervensi itu tampaknya dirancang untuk menggalang dukungan bagi Huawei, meskipun perusahaan itu tidak secara khusus disebutkan.

Dominic Carr, juru bicara Microsoft di Seattle, menolak mengomentari pertemuan tersebut. Demikian juga Phil Hughes, seorang perwakilan untuk Arm di Austin, Texas, dan Dave Farmer, seorang juru bicara Dell di Hopkinton, Mass. Perwakilan untuk Samsung dan SK Hynix pun tidak menanggapi permintaan komentar.

Larangan pada Huawei bulan lalu mengejutkan banyak orang karena menyerang langsung jantung ambisi teknologi Cina. Kini, kedua negara adidaya itu tampaknya membuat "senjata baru" untuk membidik satu sama lain.

"Situasi sekarang sangat rumit karena administrasi Trump, melalui taktik brinkmanship-nya, telah mengacaukan seluruh hubungan, komersial dan sebaliknya," kata Scott Kennedy, penasihat senior di Pusat Studi Strategis dan Internasional yang berbasis di Washington yang mempelajari kebijakan ekonomi Cina.

Sementara, Kepala geoteknologi di konsultan Grup Eurasia Paul Triolo menuturkan, ada persepsi kuat di Beijing bahwa pemerintah AS berniat menumpulkan naiknya teknologi Cina. Ia juga menambahkan bahwa konfrontasi antara kedua negara itu memiliki implikasi politik besar bagi Presiden China Xi Jinping.

"Presiden Xi dan partainya akan dianggap tidak mampu mempertahankan masa depan ekonomi Cina jika konfrontasi dengan Amerika Serikat menghancurkan Huawei dan mengempaskan rencana peluncuran teknologi nirkabel 5G," tutur Triolo.

Secara lebih luas, peringatan yang dibuat Cina itu juga tampaknya merupakan upaya untuk mencegah putusnya rantai pasokan yang menghubungkan ekonomi Cina ke seluruh dunia.

Produksi beragam komponen elektronik dan bahan kimia, bersama dengan perakitan produk elektronik, menjadikan negara itu sebagai fondasi operasi banyak perusahaan multinasional terbesar di dunia.

Karena hubungan perdagangan antara Amerika Serikat dan Cina telah rusak, ada peningkatan kekhawatiran di Cina bahwa perusahaan-perusahaan besar akan memindahkan produksi ke tempat lain untuk menghindari risiko jangka panjang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement