REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kurs (nilai tukar) dolar AS turun tajam terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat (7/6) atau Sabtu (8/6) pagi WIB. Penurunan kurs dolar AS ini karena laju pertumbuhan lapangan pekerjaan AS melemah bulan lalu, memicu kekhawatiran atas potensi perlambatan ekonomi di negara itu.
Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan Jumat (7/6), total penggajian pekerjaan nonpertanian naik tipis 75 ribu pada Mei dan tingkat pengangguran tetap di 3,6 persen. Pertumbuhan tipis itu di bawah rata-rata kenaikan pekerjaan bulanan 164 ribu pada tahun ini, yang juga lebih rendah dari kenaikan rata-rata 223 ribu per bulan pada tahun lalu.
Para analis mengatakan, sedikit pertumbuhan lapangan kerja itu kurang sekitar 100 ribu pekerjaan yang dibutuhkan setiap bulan untuk mendukung pertumbuhan populasi usia kerja.
Meskipun tingkat pengangguran sedikit berubah, jumlah orang yang menganggur kurang dari lima minggu meningkat 243 ribu menjadi 2,1 juta pada Mei, menyusul penurunan pada April, menambah kekhawatiran atas pasar tenaga kerja yang 'hangat-hangat kuku'.
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,51 persen menjadi 96,5515 pada akhir perdagangan.
Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,1337 dolar AS dari 1,1273 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,2739 dolar AS dari 1,2690 dolar AS pada sesi sebelumnya. Dolar Australia naik menjadi 0,7003 dolar AS dari 0,6976 dolar AS.
Dolar AS dibeli 108,16 yen Jepang, lebih rendah dari 108,44 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,9868 franc Swiss dari 0,9912 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3271 dolar Kanada dari 1,3370 dolar Kanada.