Sabtu 25 May 2019 02:00 WIB

Investasi Pertamina di Luar Negeri Masuk Pendapatan Primer

Investasi Pertamina di luar negeri ini diharapkan bisa menekan defisit transaksi

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Darmin Nasution
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Darmin Nasution

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Perekonomian mengatakan, pemerintah bersama PT Pertamina (Persero) tengah mengumpulkan data terkait besaran investasi Pertamina di luar negeri. Total pendapatan dari hasil investasi Pertamina di luar negeri akan dijadikan sebagai salah satu komponen pendapatan primer guna menekan defisit transaksi berjalan yang dialami Indonesia saat ini.

Darmin mengatakan, sementara ini, diperoleh angka sekitar Rp 450 juta dari investasi eksplorasi dan produksi minyak mentah di lapangan migas Pertamina yang terdapat di Malaysia dan Aljazair. Hasil pendapatan ekspor minyak mentah dari blok migas Pertamina di luar negeri juga akan dimasukkan ke dalam pendapatan primer.

Baca Juga

"Angka itu masih bisa meningkat. Kita sudah sepakat dengan BPS dan BI untuk pencatatannya. Standarnya juga sudah dihitung," kata Darmin kepada wartawan di Kemenko Perekonomian, Jumat (24/5).

Dikarenakan investasi itu berada di luar negeri, maka akan dimasukkan ke dalam pendapatan primer khususnya dari sektor perdagangan jasa. Dengan begitu, tingkat defisit transaksi berjalan atau current account defisit (CAD) bisa ditekan dengan bertambahnya nilai pendapatan primer Indonsia.

"Artinya (CAD) akan berkurang dia sedikit karena pendapatan yang tandanya positif. Jadi ada pengaruhnya kepada transaksi pembayaran yang merupakan gabungan dari barang dan jasa," ujarnya.

Darmin mengakui, lolosnya pencatatan mengenai investasi Pertamnina di luar negeri karena adanaya miskomunikasi. Sebetulnya, kata Darmin, pihaknya telah meminta kepada BPS dan BI untuk melakukan pencatatan. Sebab, kedua lembaga tersebut yang mengerti detail teknis penghitungan. Namun, permintaan itu tidak ditindaklanjuti.

Terpisah, Direktur Utama Pertamina Internasional EP (PIEP), Dennie S Tampubolon menjelaskan, dari lapangan migas yang ada di luar negeri hanya lapangan dari Malaysia dan Aljazair saja yang produksi minyaknya di bawa ke dalam negeri.

Tahun lalu, kata Dennie dari seluruh produksi sumur yang ada di lapangan tersebut, PIEP membawa 102 ribu barel minyak per hari yang menghasilkan devisa sebesar 470 juta dolar AS. Tahun ini, Dennie menargetkan akan membawa minyak ke dalam negeri dari lapangan di dua negara tersebut sebesar 160 ribu barel minyak per hari.

"Sejauh ini kami perkirakan bisa dicapai, minyak yang kami bawa pulang ada dari Aljazair dan Malaysia. Kita rencakan supaya lebih banyak lagi yang masuk ke Indonesia," ujar Dennie saat dihubungi, Jumat (24/5).

Namun perihal pencatatan, Dennie sendiri mengatakan hal tersebut merupakan kewenangan dari Integrated Supply Chain Pertamina (ISC). Namun, sejauh yang ia ketahui apa yang menjadi produksi PEIP dan di bawa ke Indonesia akan tercatat sebagai pindah buku saja, bukan transaksi jual beli seperti ekspor impor minyak.

"Sebagian dari entitlement minyak bisa dibawa ke Indonesia, dan transaksi antara PIEP dan Persero tidak melibatkan transaksi layaknya jual-beli, sifatnya pindah buku saja," ujar Denie.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement