Jumat 24 May 2019 18:49 WIB

Sukuk Tabungan ST-004 Kurang Diminati

Hasil penjualan sukuk tabungan ST-004 turun

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Karyawan Bank Mandiri Syariah memberikan informasi kepada nasabah mengenai informasi Sukuk Tabungan Seri ST003 melalui website Mandiri Syariah di Jakarta, Kamis (7/1).
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Karyawan Bank Mandiri Syariah memberikan informasi kepada nasabah mengenai informasi Sukuk Tabungan Seri ST003 melalui website Mandiri Syariah di Jakarta, Kamis (7/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil penjualan Sukuk Tabungan seri ST-004 pada Jumat, (24/5) mencapai Rp 2,63 triliun dengan jumlah investor mencapai 12.528 orang. Namun, penjualan tersebut tercatat mengalami penurunan dibanding total penjualan Suku Tabungan seri ST-003 yang mampu mencapai Rp 3,13 triliun dengan 13.932 investor.

Direktur Pembiayaan Syariah, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Dwi Irianti Hadiningdyah, mengatakan, penurunan itu karena bertepatan dengan bulan Ramadhan. Dimana, pada bulan ini masyarakat mengeluarkan dana yang dimiliki untuk konsumsi. Selain itu, penerbitan sukuk kali ini juga merupakan yang kelima kalinya sepanjang 2019.

Baca Juga

Namun, faktor lain yang kemungkinan mempengaruhi yakni terkait besaran imbalan dari ST-004. Imbalan atau kupon dari ST-004 yang dijual sebesar 7,95 persen. Tingkat imbalan itu lebih kecil dibanding ST-003 sebesar 8,15 persen. "Besaran imbalan juga menjadi faktor. Berarti, investor kita masih sangat sensitif terhadap imbalan," kata Dwi kepada Republika.co.id, Kamis (24/5).

Selain penurunan penjualan, pemerintah bersama para mitra distribusi masih menghadapi tantangan untuk meningkatkan partisipasi investor di wilayah Indonesia Tengah dan Timur yang saat ini masih cukup rendah. Sebagaimana diketahui, mayoritas investor ST-004 berasal dari DKI Jakarta sebanyak 3.922 investor atau 62,2 persen.

Namun, Dwi mengatakan, terdapat catatan positif dari penjualan sukuk ritel ST-004 kali ini. Ia menjelaskan, rata-rata volume pemesanan per investor dalam seri ST-004 ini sebesar Rp 210 juta. Angka itu merupakan tingkat keritelan yang terbaik sepanjang penerbitan SBN ritel online.

Di satu sisi, generasi milenial mendominasi jumlah investor dalam pemesanan ST-004. Dari jumlah 12.528 investor, sebanyak 6.494 atau 51,8 persen merupakan investor yang masuk dalam kategori milenial. Persentase milenial tercatat meningkat dari penjualan ST-001 sebesar 37,7 persen serta ST-003 sebesar 51,7 persen.

"Target kita memang kesana. Kita ingin mengajak milenial untuk berorientasi pada investasi," kata Dwi.

Ia menambahkan, dalam lima hingga 10 tahun mendatang, mereka yang saat ini telah berinvestasi pada surat berharga negara (SBN akan menjadi investor kuat di masa mendatang. Tentunya, hal ini diharapkan akan membawa kemandirian pembiayaan nasional sehingga bisa menggantikan derasnya arus investor asing yang masuk ke pasar SBN Indonesia.

Generasi Z atau investor yang berusia di bawah 19 tahun juga ikut berpatisipasi dalam pembelian ST-004. Kemenkeu mencatat, terdapat 32 investor generasi Z dengan jumlah investasi sebesar Rp 5,75 miliar. Capaian itu meningkat cukup signifikan dibanding ST-003 yang hanya 12 investor dengan nilai pemesanan Rp 3,64 miliar.

Sebagai informasi, masa penawaran ST-004 telah dibuka sejak 3 Mei 2019 sampai dengan 21 Mei 2019. Sementara penetapan penjualan jatuh pada 24 Mei 2019. ST-004 ini memiliki jatuh tempo pada 10 Mei 2021 mendatang. Adapun ST-004 digunakan untuk pengadaan Barang Milik Negara (BMN) serta proyek yang tertuang dalam APBN 2019.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto, mengatakan, investasi di pasar sekunder, dalam hal ini sukuk ritel memang sangat dipengaruhi oleh tingkat imbalan. Sebab, sukuk ritel merupakan investasi jangka panjang sehingga tingkat imbalan tentu akan menjadi perhitungan para calon investor.

"Ketika imbalan dari sukuk itu turun, maka minat investor juga akan turun karena dia akan membandingkan dengan instrumen investasi lainnya," kata Eko.

Terlepas dari adanya penurunan penjualan itu, Eko melihat secara tren, investasi sukuk perlahan menjadi alternatif utama untuk investasi. Khususnya bagi mereka para generasi milenial yang notabene merupakan investor pemula. Instrumen investasi melalui sukuk juga lebih aman dari segi tingkat risiko karena imbalan telah dipastikan.

"Tren laporan global juga menyatakan bahwa nasib generasi milenial ke depan tidak secerah yang diharapkan. Artinya biaya kebutuhan yang sifatnya basic akan naik sehingga semuanya harus dipersiapkan sejak saat ini," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement