Kamis 23 May 2019 15:29 WIB

Aprindo Sebut Kerugian Mal di Jakarta Capai Rp 1,5 Triliun

Kerugian tersebut akibat penutupan kegiatan operasional mal karena aksi 22 Mei

Demonstrasi di Depan Kantor Bawaslu, Jalan M.H. Thamrin nomor 14, Menteng, Jakarta Pusat. Sebagian demonstran juga berkumpul di Gedung Sarinah, Jumat (10/5).
Foto: Republika/Riza Wahyu Pratama
Demonstrasi di Depan Kantor Bawaslu, Jalan M.H. Thamrin nomor 14, Menteng, Jakarta Pusat. Sebagian demonstran juga berkumpul di Gedung Sarinah, Jumat (10/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyebut pusat perbelanjaan atau mal di kawasan Jakarta yang menutup kegiatan operasionalnya karena aksi 22 Mei lalu menderita kerugian. Jumlah kerugian setidaknya mencapai Rp 1,5 triliun dalam satu hari.

Ketua Umum Aprindo Roy N Mandey mengatakan setidaknya untuk satu toko ritel modern dengan kelas seperti hypermart, supermarket dan departement store meraup omzet sekitar Rp 15 miliar sampai Rp 20 miliar per hari dengan jam operasional normal pukul 10.00 sampai 22.00 WIB.

Baca Juga

"Satu toko ritel modern saja omzet rata-ratanya Rp15 miliar sampai Rp20 miliar per hari. Kalau diambil rata-rata ada 76 mal di Jakarta, berarti perkiraan kehilangan omzet mencapai Rp1,5 triliun jika tutup seharian. Ini belum termasuk tenan-tenan kecil ukuran 20 meter persegi," kata Roy saat dihubungi Antara di Jakarta, Kamis (23/5).

Roy mengatakan dampak langsung dari aksi massa 22 Mei ini adalah kehilangan transaksi dari konsumen karena tutupnya pusat perbelanjaan. Padahal, konsumsi masyarakat di toko ritel modern cukup tinggi pada bulan Ramadhan dibandingkan hari biasanya.

Kerugian omzet ini tidak hanya terjadi pada ritel modern, tetapi juga Pasar Tanah Abang yang ditaksir merugi lebih dari Rp100 miliar per hari. Belum lagi ritel waralaba seperti Alfamart dan Indomaret di kawasan aksi massa yang mengalami penurunan pengunjung.

"Ritel-ritel kecil, seperti Indomaret dan Alfamart memang tidak di dalam mal, tetapi juga terganggu karena masyarakat takut keluar rumah, sehingga berdampak pada penurunan pengunjung," katanya.

Ia menambahkan bahwa penutupan sejumlah pusat perbelanjaan juga mengganggu jalur distribusi logistik karena adanya penutupan jalan dan pergerakan massa menuju dan sekitar kawasan Jalan Thamrin. Dengan demikian, sektor hulu seperti produsen dan pabrik juga tidak bisa mengeluarkan barang dan berpotensi mengurangi produksi mereka sementara.

Aprindo berharap lumpuhnya aktivitas perekonomian akibat aksi massa ini tidak berlangsung lama dan segera kondusif agar pusat perbelanjaan dan toko-toko ritel dapat membuka kembali kegiatan operasionalnya.

"Semua toko ritel modern dan perbelanjaan intinya akan terus berupaya hadir membuka toko untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, namun sesuai protap masing-masing, kegiatan bisnis pusat belanja dan ritel disesuaikan dengan kondisi yang berkembang. Asosiasi tidak mengatur itu," kata Roy.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement