REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Guna memperpendek rantai pemasaran, Kementerian Pertanian (Kementan) membuka Market Project (MarkPro) produk peternakan, di Kota Bogor, Rabu (22/5). Rencananya, MakPro akan terus diselenggarakan hingga Lebaran dan akan dievaluasi untuk dapat diaplikasikan secara nasional.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Kementan Fini Murfiani mengatakan, MarkPro merupakan usaha pemerintah untuk memutus rantai pemasaran yang bermasalah seperti calo yang kerap memainkan harga. Adapun tujuan gerakan tersebut diselenggarakan agar mendekatkan produsen pertama (peternak) kepada konsumen akhir.
“Kalau antara peternak dengan konsumennya didekatkan, peternak bisa menentukan margin yang sesuai sedangkan konsumen bisa dapat harga yang realistis,” kata Fini saat ditemui Republika, di Kota Bogor, Rabu (22/5).
Meski begitu, dia memastikan, para peternak akan menjual sesuai harga acuan pada setiap produk peternakan yang dipasarkan di dalam MarkPro. Adapun produk-produk peternakan yang dijual di MarkPro antara lain telur ayam, daging ayam beku, daging sapi, hingga produk olahan peternakan seperti kerupuk kulit hingga susu.
Menurut dia, selain harga di tingkat konsumen dan produsen terjaga, MarkPro juga bisa dijadikan embrio dari saluran pemasaran baru bagi peternak untuk memasarkan produknya secara langsung kepada konsumen. Untuk itu dia menilai, melalui MarkPro para pelaku usaha serta produsen dapat berpeluang menggaet konsumen yang lebih luas lagi.
“Ini peluang bagi UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) dan Unit Pengolah Hasil Peternakan dalam mempromosikan jalur pemasaran produk mereka,” kata Fini.
Fini menambahkan, kegiatan MarPro nantinya tidak akan dilakukan di Kota Bogor namun juga akan dilaksanakan di kabupaten dan kota lainnya. Dia menargetkan, dalam waktu dekat pemerintah dapat menyelenggarakan kegiatan MarkPro di seluruh wilayah Jabodetabek.
Wali Kota Bogor Bima Arya mengapresiasi kegiatan MakPro yang diselenggarakan Kementan. Menurut Bima, dalam era teknologi informasi seperti sekarang ini aspek pemasaran harus responsif dan cepat dalam menangkap peluang bisnis. Untuk itu, dia meminta kepada pemerintah agar menggandeng pelaku usaha daring agar bisnis MakPro dapat tersebar luas.
Dia juga menilai, sudah saatnya warga masyarakat menikmati produk peternakan yang aman, sehat, utuh, dan halal (Asuh) guna memperkuat pemenuhan kebutuhan gizi protein yang tinggi. Apalagi, kata dia, Indonesia sedang menikmati bonus demografi yang diharapkan dapat menciptakan generasi yang kuat dan berdaya saing.
“Kami juga berharap, MakPro ini bisa berkelanjutan. Jangan berhenti sampai Ramadhan atau Lebaran ini saja,” kata dia.
Menurut dia, apabila kegiatan MarkPro dapat berkelanjutan, rantai pasok dari tingkat peternak hingga konsumen aka terjaga sehingga diharapkan dapat merangsang tingginya daya beli masyarakat terhadap produk peternakan.
Adapun kegiatan MarkPro juga dilengkapi dengan edukasi pengenalan produk pangan asal hewan kepada masyarakat. Kepala Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan (BPMSPH) Bogor Hasan Abdullah Sanyata mengatakan, pihaknya mengupayakan agar masyarakat dapat mengenali dan membedakan produk peternakan yang sehat.
“Kami ingin masyarakat tahu dan bisa bedakan, mana yang karkas ayam sehat dan mana yang mengandung formalin, dan mana yang bangkai,” kata dia.
Sebagai informasi, para peternak yang memasarkan produknya berupa daging ayam broiler sebanyak 4.200 ekor karkas ayam dingin segar, 2.100 kilogram (kg) telur, dan produk lainnya. Sedangkan dari sektor industri, terdapat 7 industri yang ikut berpartisipasi antara lain industri pengolahan susu (IPS) meliputi PT Indolakto, PT Frisian Flag Indonesia, PT Industri Susu Alam Murni, PT Fonterra Brands Indonesia, PT Sari Husada, PT Cisarua Mountain Dairy, dan PT Greenfields Indonesia.