Rabu 22 May 2019 03:40 WIB

'Pariwisata NTB Belum Sepenuhnya Pulih Akibat Gempa'

Sektor transportasi dan akomodasi NTB masih mengalami kontraksi pada kuartal I.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Friska Yolanda
Festival Pesona Bau Nyale: Ribuan warga dan wisatawan mengumpulkan Nyale (cacing laut warna-warni) pada Festival Pesona Bau Nyale 2019 di pantai Seger Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika yang dikelola oleh Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) di Kuta, Praya, Lombok Tengah, NTB, Senin (25/2/2019).
Foto: Antara/Ahmad Subaidi
Festival Pesona Bau Nyale: Ribuan warga dan wisatawan mengumpulkan Nyale (cacing laut warna-warni) pada Festival Pesona Bau Nyale 2019 di pantai Seger Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika yang dikelola oleh Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) di Kuta, Praya, Lombok Tengah, NTB, Senin (25/2/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Achris Sarwani mengatakan sektor pariwisata NTB pada kuartal I 2019 belum sepenuhnya pulih pascagempa. Hal tersebut tercermin dari sektor transportasi dan akomodasi yang masih mengalami kontraksi masing-masing sebesar 2,71 persen (yoy) dan 20,21 persen (yoy).

"Pemulihan tingkat kunjungan wisatawan ke NTB pascagempa tertahan oleh harga tiket pesawat yang masih mahal, khususnya untuk penerbangan domestik," ujar Achris di Mataram, NTB, Selasa (21/5).

Baca Juga

Achris menilai dampak sektor pariwisata bagi perekonomian di NTB baru mulai terasa setelah enam bulan ke depan. Achris mengatakan, berdasarkan pernyataan General Manager Bandara Internasional Lombok Nugraha Jati, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) memang mulai mengalami kenaikan dibanding pada tahun lalu.

"Semoga kenaikan jumlah wisman ke Lombok bisa berkesinambungan agar mendorong kembali perekonomian NTB," kata Achris.  

Achris memperkirakan perekonomian NTB pada 2019 mulai tumbuh positif dan mampu melampaui proyeksi semula yang sebesar 1,2 hingga 1,6 persen (yoy). Proyeksi tersebut lebih tinggi dibandingkan realisasi pertumbuhan pada 2018 yang mengalami kontraksi sebesar -4,59 persen (yoy). 

"Sektor pariwisata yang tercermin dari transportasi dan akomodasi makan-minum diperkirakan lebih baik dibandingkan 2018 meskipun belum sepenuhnya apabila dibandingkan kondisi tahun-tahun sebelumnya sebelum terjadi gempa," lanjut Achris. 

Perkiraan tersebut, kata Achris, tak lepas dari risiko perkembangan wisatawan yang tertahan oleh tingginya harga tiket pesawat sehingga menjadi disinsentif untuk berkunjung ke NTB. Achris mencatat hingga triwulan I 2019; jumlah penumpang pesawat ke NTB masih terontraksi sebesar -17,03 persen (yoy), sementara jumlah wisatawan ke NTB masih terkontraksi sebesar 34,11 persen (yoy).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement