Ahad 19 May 2019 17:18 WIB

Pelemahan Rupiah Dianggap Masih Wajar

Akhir pekan lalu terdapat capital outflow sebesar Rp 11,3 triliun di pasar modal.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Dwi Murdaningsih
Pekerja menghitung uang Dollar Amerika Serikat dan Rupiah di sebuah tempat penukaran uang di Jakarta, Kamis (28/3/2019).
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Pekerja menghitung uang Dollar Amerika Serikat dan Rupiah di sebuah tempat penukaran uang di Jakarta, Kamis (28/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Pasar Modal, Teguh Hidayat menilai tren pelemahan rupiah yang tengah terjadi dalam sepekan terakhir masih cukup wajar. Rupiah hingga perdagangan akhir pekan ini masih bergerak di bawah Rp 14.500 per dolar AS dan sesuai dengan kondisi dalam beberapa bulan terakhir.

"Kondisi masih normal saja. Lalu dampak terhadap pelemahan rupiah yang terjadi juga tidak begitu signifikan," kata Teguh kepada Republika.co.id, Ahad (19/5).

Baca Juga

Mengutip Jakarta Interbank Spot Dollar AS Bank Indonesia, rupiah hingga Jumat (17/5) kemarin diperdagangkan rata-rata sebesar Rp 14.469 per dolar AS. Bank Indonesia pada akhir pekan lalu menyatakan, terdapat capital outflow sebesar Rp 11,3 triliun di pasar modal pada periode 13 - 16 Mei 2019.

Outflow itu terdiri dari Rp 7,6 triliun di Surat Berharga Negara (SBN) nett serta Rp 4,1 triliun saham. BI menilai, keluarnya dana asing itu secara umum milik investor jangka pendek yang masuk pada awal tahun. Mereka keluar dari Indonesia lantaran merespons ketidakpastian pasar keuangan global.

Teguh mengatakan, jumlah outflow tersebut relatif kecil. Pelemahan rupiah juga tidak mendekati level Rp 15 ribu yang sangat menjatuhkan nilai mata uang.

Ia menilai, para pelaku pasar memang tengah melakukan penyesuaian diri setelah mereka melakukan aksi beli secara besar-besaran sejak awal tahun. Penyesuaian itu sekaligus respons atas kondisi makro ekonomi Indonesia yang di bawah ekspektasi.

"Selain itu, para pelaku pasar juga memilih wait and see pengumuman hasil Pilpres pada 22 Mei nanti. Walaupun memang titik kritisnya terdapat pada 17 April 2019 lalu," ujar Teguh.

Meskipun dalam sepekan terakhir, capital outflow terjadi di pasar modal dan memicu pelemahan rupiah, Teguh mengatakan, secara year to date, sejak Januari hingga Mei, status investor asing masih nett buy. Artinya, dana asing yang keluar tidak melebihi dana asing yang sebelumnya telah masuk ke Indonesia.

"Jadi betul mereka melihat kondisi ekonomi kurang bagus dan perkembangan politik. Itu sebabnya, mereka menyesuaikan diri, tapi tidak besar dana yang ditarik," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement