REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu anak usaha PT Pertamina (Persero), Pertamina Hulu Mahakam (PHM), mencatatkan penurunan produksi dan lifting migas pada kuartal pertama tahun ini. Meski begitu, perusahaan menyatakan bahwa penurunan produksi sudah terjadi sejak 2016.
Direktur Utama PHM Denie S Tampubolon mengatakan PHM sudah berupaya untuk menjaga laju produksi Blok Mahakam. Menurut dia, salah satu upaya yang dilakukan PHM adalah dengan pengeboran sumur.
"Ketika kami masuk sudah decline, dan sebagai person in charge, kami mulai mengelola dan mengebor 62 sumur di 2018, tahun ini targetnya 118 sumur," ujar Denie, Kamis (16/5).
Selain melakukan pengeboran sumur, Denie mengatakan PHM akan melakukan upaya eksplorasi untuk meningkatkan cadangan migas dan produksi di Blok Mahakam. "Mulai 2020 kami akan eksplorasi," ujarnya.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan rendahnya lifting migas Blok Mahakam terjadi karena penurunan produksi secara alami. Selain itu, terkendalanya pengeboran sumur di Blok Mahakam karena Pertamina kesulitan mendapatkan rig.
Nicke mengatakan, dari target 188 sumur yang akan dikerjakan tahun ini, Pertamina baru mampu melakukan pengeboran sepertiga dari target atau sekitar 40 sumur.
"Butuh waktu yang cukup panjang untuk melakukan proses pengadaannya karena harus mengundang pihak-pihak baru untuk ikut dalam tender rig," ujar Nicke, Rabu (15/5).
PHM mencatatkan produksi sebanyak 37.510 bopd dan lifting sebesar 42.710 bopd. Realisasi tersebut mencapai 85 persen dari target lifting harian APBN sebesar 50.400 bopd.