Rabu 15 May 2019 14:54 WIB

BPS: Barang Konsumsi Paling Banyak Diimpor pada April

Impor barang konsumsi pada April meningkat 24,12 persen secara bulanan

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu (15/5). BPS mencatat, neraca perdagangan April 2019 mengalami defisit sebesar 2,5 miliar dolar AS.
Foto: Republika/Adinda Pryanka
Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu (15/5). BPS mencatat, neraca perdagangan April 2019 mengalami defisit sebesar 2,5 miliar dolar AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada April 2019, impor semua golongan penggunaan barang mengalami kenaikan dibanding dengan Maret 2019 atau secara month to month (mtm). Peningkatan paling tertinggi terjadi pada barang konsumsi dengan kenaikan 24,12 persen.

Sementara, bahan baku/penolong naik 12,09 persen dan barang modal 6,78 persen. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, tren kenaikan impor secara bulanan ini sudah menjadi pola yang dijumpai pada bulan Ramadhan dan jelang Lebaran.

Baca Juga

"Ada beberapa komoditas yang dirasa perlu untuk memenuhi permintaan konsumsi selama dua momen itu," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (15/5).

Salah satu komoditas yang mengalami kebutuhan peningkatan adalah daging beku atau boneless of bovine animals frozen. Menurut catatan BPS, kenaikan nilai impor produk ini secara bulanan mencapai 23,6 juta dolar AS. Yakni dari 40,5 juta dolar AS pada Maret 2019 menjadi 64,1 juta dolar AS.

Kenaikan juga terlihat secara yoy, di mana impor daging beku pada April 2018 adalah 42,7 juta dolar AS. Suhariyanto mengatakan, komoditas tersebut didatangkan dari India dan Amerika Serikat. "Tujuannya, untuk menjaga agar pasokannya terjaga," ujarnya.

Produk lain yang turut mengalami kenaikan adalah buah-buahan. Salah satunya, apel segar yang mengalami kenaikan 20,3 juta dolar AS (mtm), dari 18,8 juta dolar AS menjadi 39,1 juta dolar AS. Sementara itu, impor buah pir naik 14,2 juta dolar AS, dari 10,3 juta dolar AS pada Maret menjadi 24,5 juta dolar AS pada April 2019.

Selain produk makanan, alas kaki juga menjadi komoditas barang konsumsi yang mengalami peningkatan jumlah impor. Pada Maret, nilainya 66,7 juta dolar AS yang naik menjadi 85,4 juta dolar AS pada April 2019. "Mungkin, karena jelang Lebaran, semua orang banyak beli sepatu baru," tutur Suhariyanto.

Sementara itu, untuk bahan baku, kenaikannya hanya 12 persen. Pada Maret 2019, nilai impornya tercatat 10,10 miliar dolar AS, menjadi 11,32 miliar dolar AS pada bulan lalu. Suhariyanto berharap, kenaikan ini dapat menggeliatkan berbagai sektor dalam negeri.

Terakhir, barang modal, mengalami kenaikan 6,78 persen (mtm) dari 2,19 miliar dolar AS pada Maret menjadi 2,34 miliar dolar AS pada April 2019. Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan adalah bagian dari mesin dan aeroplane.

BPS mencatat, nilai impor Indonesia pada April mencapai 15,10 miliar dolar AS. Angka tersebut naik 12,25 persen dibandingkan Maret 2019, tapi turun 6,58 persen dibanding dengan April 2018.

"Artinya, ada beberapa komoditas yang sudah dapat dikendalikan impornya, sehingga total nilai impor tahun ini lebih kecil dari tahun lalu," kata Suhariyanto.

Dari total 15,10 miliar dolar AS, nilai impor nonmigas adalah 12,86 miliar dolar AS atau naik 7,82 persen dibandingkan Maret 2019, tapi turun 7,02 persen dibandingkan April 2018.

Sementara itu, nilai impor migas adalah 2,24 miliar dolar AS. Jumlah tersebut naik 46,99 persen dibanding MAret 2019, namun turun 3,99 persen dibandingkan April 2018.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement