Rabu 15 May 2019 12:10 WIB

Boeing Kehilangan Pesanan Pesawat Baru

Boeing tidak memiliki pesanan baru pada April untuk semua jenis pesawat.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Sebuah pesawat Boeing 737 Max 8sedang dirakit untuk TUI Group di Pabrik Perakitan Boeing Co's di Renton, Washington, Senin (11/3).
Foto: AP Photo/Ted S. Warren
Sebuah pesawat Boeing 737 Max 8sedang dirakit untuk TUI Group di Pabrik Perakitan Boeing Co's di Renton, Washington, Senin (11/3).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Boeing Co tidak memiliki pesanan baru pada April untuk semua jenis pesawat, mulai dari 787 Dreamliner, 737 Max, maupun 777. Hal itu terjadi setelah dua kecelakaan fatal Boeing 737 Max yang melibatkan Ethiopian Airlines dan Lion Air dalam waktu yang berdekatan. 

Kecelakaan itu mengakibatkan 737 Max dilarang terbang untuk beberapa waktu hingga penyelidikan selesai. Sebelumnya, pada April 2018 Boeing menerima 76 pesanan pesawat baru.  

Baca Juga

Boeing menerima pesanan terakhir pada Maret, yakni dari Lufthansa yang memesan 20 pesawat 787 di 15 Maret dan British Airways memesan 18 pesawat 777X pada 22 Maret. Sementara pada April, Boeing mencatat empat 737 Max yang sebelumnya telah dijual ke Boeing Capital dipindahkan ke pihak lain yang tidak diketahui. Boeing tidak menganggap hal tersebut sebagai pesanan baru. Sebagai gantinya, perusahaan mengubah target penjualan yang sudah dilaporkan pada kuartal pertama. 

Analis kredit untuk sektor transportasi di Standard & Poor's, Philip Baggaley mengatakan, masalah yang menimpa 737 Max menjadi alasan turunnya pesanan pesawat Boeing untuk jenis lainnya yang belum terbukti bermasalah. Baggaley memprediksi, Boeing akan menurunkan harga jual pesawatnya agar tetap bertahan.

"Jika ternyata Boeing dapat mengakomodasi konsumen atas 737 Max, mungkin tidak akan menjadi kompensasi langsung tunai," ujar Baggaley dilansir CNN, Rabu (15/5).

"Mungkin harga yang lebih rendah untuk pesanan di masa depan, atau perubahan lain dalam pesanan itu. Mungkin ada hal-hal yang terjadi di balik layar yang pada dasarnya bisa berubah menjadi pesanan," tambah Baggaley. 

Eksekutif dari beberapa maskapai, termasuk Norwegian Air dan United Airlines (UAL) berharap untuk mencapai kesepakatan dengan Boeing mengenai beberapa bentuk kompensasi karena operasional 737 Max dihentikan. Analis aerospace untuk Teal Group, Richard Aboulafia mengatakan, Boeing memiliki kuartal pertama yang cukup masif sebelum terjadinya kecelakaan Ethiopian Airlines. Namun, setelah insiden tersebut pesanan Boeing menurun drastis.

"Boeing memiliki kuartal pertama yang masif dalam hal pesanan (sebelum jatuhnya Ethiopian Airlines) dan mereka mengalahkan Airbus," ujar Aboulafia. 

Seri 737 Max merupakan pesawat terlaris Boeing dengan pesanan mencapai 5.000 unit. Laba Boeing turun 21 persen pada kuartal terakhir karena 737 Max dilarang terbang setelah jatuhnya Ethiopian Airlines dan Lion Air. Boeing telah menghabiskan setidaknya 1 miliar dolar AS untuk perbaikan perangkat lunak 737 Max. Diharapkan perbaikan itu dapat membuat pesawat tersebut kembali mengudara. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement