Rabu 15 May 2019 09:28 WIB

Kopi Indonesia Terjual 26,3 Juta Dolar AS dalam WBC

World Brewers Championship adalah kompetisi keterampilan mengolah kopi kelas dunia.

Rep: Imas Damayanti/ Red: EH Ismail
World Brewers Championship di Boston Amerika Serikat
Foto: Humas Kementan
World Brewers Championship di Boston Amerika Serikat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian (Kementan) berhasil menembus pasar dunia untuk perdagangan kopi spesial pada rangkaian acara Global Coffee Specialty Expo. Acara itu digelar selama 3 hari di Boston, Amerika Serikat. 

"Rangkaian ini membawa Indonesia mencapai transaksi sebesar USD 26,3 juta khusus untuk kopi spesial," ujar Atase Pertanian Washington, Hari Edi Soekirno, Rabu (15/5).

Menurut Hari, ada sekitar 13 ribu pengunjung dari total 75 negara peserta yang mengikuti acara ini. Indonesia sendiri mengirimkan 7 perwakilan, masing-masing dari CV. Gayo Mandiri, Santiang Exports, Meukat Komoditi Gayo, PTPN XII, Gayo Bedetak Nusantara, Upnormal Coffee Roastery dan Tentera Coffee Roasters.

"Dalam kesempatan ini Indonesia juga mengikuti kejuaraan World Brewers Championship dan World Barista Championship," katanya.

photo
World Brewers Championship di Boston Amerika Serikat.

World Brewers Championship adalah kompetisi keterampilan mengolah kopi kelas dunia. Para kontestan datang dari seluruh dunia. Sedangkan World Barista Championship adalah kejuaraan Barista Dunia yang diselenggarakan oleh Acara Kopi Dunia setiap tahun.

"Di sana, Attani beserta staf juga hadir dan berkolaborasi dengan pihak Atdag, ITPC dan KJRI. Kami melakukan berbagai kegiatan promosi komoditas kopi spesial kepada publik Amerika dan internasional," katanya.

Secara global seluruh rangkaian acara ini fokus pada kepedulian penggunaan moneter pada isu lingkungan hidup dan fair trade. Dalam pembahasannya dikemukakan bahwa semua pihak perlu berinvestasi pada infrastruktur untuk menumbuhkan sektor ekonomi dalam sebuah negara.

"Inilah yang dinamakan tingkat investasi publik. Langkah ini tentu sangat membantu perekonomian masyarakat secara proporsional serta mampu meningkatkan kemampuan teknologi," katanya.

Kebutuhan investasi juga tetap harus dipenuhi secara baik tanpa merusak kesinambungan fiskal. Lebih dari itu, kata Hari, langkah ini diperlukan untuk meningkatkan tata kelola investasi infrastruktur dan nilai mata uang.

Pihaknya mengharapkan dukungan Kementan dan Bappenas dalam mengajukan proposal program FFPr (Food for Progress) senilai 10-12 juta dolar AS secara on time. Hal itu dilakukan melalui pihak ketiga baik NGO, universitas maupun  asosiasi terkait bidang hortikultura untuk diserahkan kepada USDA paling lambat 15 Mei 2019.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement