Jumat 10 May 2019 16:20 WIB

Perang Dagang Berpotensi Ganggu Kinerja Ekspor Indonesia

Apabila terjadi perang berkelanjutan, dampak paling terasa adalah perlambatan ekonomi

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dalam acara  High Level Plenary - Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional  (Musrenbangnas) 2019 di Jakarta, Kamis (9/5).
Foto: dok. Biro Humas Kemenko Perekonomian
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dalam acara High Level Plenary - Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) 2019 di Jakarta, Kamis (9/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk memberlakukan bea impor 25 persen kepada produk Cina akan berpengaruh pada Indonesia. Hanya saja, ia belum menghitung seberapa besar dampaknya.

Darmin menjelaskan, apabila perang dagang berkelanjutan, dampak paling besar akan dirasakan pada perlambatan pertumbuhan ekonomi Cina. Hal tersebut berarti, impor mereka akan turun. "Artinya, ekspor kita ke sana dapat turun," ujarnya ketika ditemui Republika.co.id di kantornya, Jakarta, Jumat (10/5).

Baca Juga

Darmin menjelaskan, nilai perdagangan antara Indonesia dengan Cina memang belum dipastikan semakin mengalami defisit. Tapi, yang pasti adalah, nilai ekspor dan impor kedua negara akan menurun.

Darmin menilai, perang dagang antara dua negara ekonomi terbesar dunia ini akan terus berlanjut. Setelah ini, Cina biasanya akan membalas Cina yang kemudian kembali menimbulkan dampak. Selain kedua negara, negara lain pun akan ikut merugi.

"Walaupun kita tidak ikut perang dagang, dampaknya pasti kena," ucapnya.

Dengan adanya kondisi tersebut, Darmin optimistis, pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan terganggu signifikan. Ia bahkan meyakini, target pertumbuhan 5,3 persen sampai akhir tahun masih dapat terwujud.

Keyakinan tersebut berdasarkan indikasi pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2019 yang mengalami pertumbuhan dibanding dengan periode sama pada tahun lalu. Meski hanya tumbuh 0,01 persen, yaitu dari 5,06 persen ke 5,07 persen, Darmin melihat angka tersebut menunjukkan kondisi ekonomi Indonesia masih baik.

Namun demikian, Darmin memastikan, pemerintah kini terus mengkaji untuk mendorong ekspor. Khususnya di sektor-sektor prioritas yang ditetapkan Kementerian Perindustrian dalam roadmap Making Industry 4.0, seperti makanan dan minuman. 

"Prioritas tersebut bukan muluk, tapi kapasitasnya sudah ada untuk produksi dan ekspor, kini tinggal tingkatkan," tuturnya.

Di sisi lain, pemerintah juga akan terus mendorong pengolahan sumber daya alam yang kini menjadi dorongan utama terhadap ekspor Indonesia. Termasuk di antaranya kelapa sawit dan karet.

Darmin melihat, pertumbuhan ekspor akan semakin mudah dilakukan mengingat pembangunan infrastruktur strategis yang sudah masif. Selama lima tahun terakhir, pemerintah berupaya menambah dan memaksimalkan infrastruktur guna mendorong pertumbuhan ekonomi. "Dengan itu, kita berharap, tahun ini bisa 5,3 persen dan lebih tinggi lagi di tahun depan," ucapnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement