Senin 06 May 2019 12:10 WIB

Ini Faktor Pendorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Harga minyak mentah yang turun dan kenaikan komoditas jadi pendorong pertumbuhan.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (15/4).
Foto: Republika/Adinda Pryanka
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (15/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2019 mencapai 5,07 persen. Angka ini lebih tinggi dibanding dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya (year on year/ yoy), yakni 5,06 persen. Tapi, dibandingkan kuartal keempat 2018 (quarter to quarter/ q to q), angkanya menurun dari 5,18 persen. 

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, banyak faktor yang mempengaruhi pencapaian pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama. Salah satunya, harga komoditas migas di pasar internasional pada kuartal pertama mengalami penurunan, secara yoy ataupun q to q. 

Baca Juga

Menurut catatan Suhariyanto, pada kuartal keempat 2018, harga minyak mentah Indonesia adalah 65,12 dolar AS per barrel. Pada kuartal saat ini, turun menjadi 60,49 dolar AS per barrel. "Artinya, ada penurunan sebesar 7,11 persen," ujarnya dalam konferensi pers di kantornya, Senin (6/5). 

Sementara itu, harga komoditas non migas justru mengalami kenaikan dibanding dengan kuartal sebelumnya. Tapi, kalau dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya mengalami penurunan. Suhariyanto menilai, hal ini menunjukkan perlambatan pada ekonomi global. 

Sebagian besar negara maju kini diketahui mengalami perlambatan, kecuali Amerika Serikat. Kondisi ini akan berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekspor Indonesia ke negara-negara tersebut. 

Suhariyanto menyebutkan, salah satu negara yang mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi adalah Cina. Pada kuartal pertama 2019, nilainya mencapai 6,4 persen atau turun dari 6,8 persen pada periode yang sama di tahun sebelumnya. 

Faktor lain yang disebutkan Suhariyanto adalah realisasi belanja pemerintah pada kuartal pertama 2019 yang jauh lebih bagus dibandingkan kuartal pertama 2018. "Tahun ini adalah Rp 452,06 triliun, sedangkan tahun lalu Rp 419,55 triliun," ucapnya. 

Kenaikan tersebut disebabkan dua hal. Pertama, kenaikan realisasi belanja pemerintah pusat dan kenaikan transfer pemerintah pusat dan daerah. Suhariyanto menjelaskan, hal ini akan berpengaruh pada konsumsi pemerintah yang merupakan salah satu komponen pertumbuhan ekonomi dari sisi pengguna. 

Faktor lain, realisasi penanaman modal yang tumbuh 5,34 persen secara yoy. Tapi, Suhariyanto menuturkan, angka tersebut melambat dibanding dengan pertumbuhan kuartal pertama 2018 yang sebesar 11,8 persen. Kondisi ini patut menjadi prioritas pemerintah. 

Indikator lain yang perlu diperhatikan adalah produksi mobil. Suhariyanto mencatat, terjadi penurunan 4,61 persen secara yoy. Secara wholesale atau penjualan sampai tingkat dealer, juga terjadi penurunan hingga 13,07 persen yoy. Ini berpengaruh pada kontraksi yang terjadi pada beberapa lapangan usaha

Dengan berbagai peristiwa di atas, Suhariyanto menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2019 adalah 5,07 persen. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement