Jumat 03 May 2019 16:13 WIB

Ekonom: Kebijakan tak Sesuai dengan Permintaan Konsumsi

Pemerintah perlu merespons cepat permintaan barang kelompok pangan.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Friska Yolanda
Bawang putih didistribusikan ke sejumlah pasar
Foto: Humas Kementan
Bawang putih didistribusikan ke sejumlah pasar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menilai, inflasi bahan makanan yang termasuk di dalamnya bawang putih disebabkan oleh adanya ketidaksinkronan kebijakan pemerintah dengan kondisi riil permintaan konsumsi masyarakat. Harga komoditas bawang putih mengalami kenaikan mencapai 35 persen dan berkontribusi  pada inflasi sebesar 0,09 persen.

Diketahui, berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada, Kamis (2/5) kemarin, inflasi bahan makanan mencapai 1,45 persen. Sedangkan komoditas utama yang mendorong laju inflasi yakni bawang merah dan bawang putih.

Baca Juga

Harga bawang merah dalam sebulan terakhir mengalami kenaikan rerata 22,93 persen dan memberi andi inflasi sebesar 0,13 persen. Sedangkan harga komoditas bawang putih mengalami kenaikan mencapai 35 persen dan berkontribusi  pada inflasi sebesar 0,09 persen.

“Di satu sisi misalnya, kita lihat ada permintaan untuk impor bawang putih. Tapi di sisi lain pemerintah justru pernah menyatakan tidak perlu ada impor untuk stabilisasi harga,” kata Nailul saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (3/5).

Dia menilai, guna mengantisipasi lonjakan inflasi pada bulan selanjutnya, pemerintah perlu merespons cepat permintaan barang kelompok pangan yang trennya terus meningkat. Terlebih, kata dia, jelang Ramadhan rata-rata permintaan konsumsi bahan-bahan kelompok makanan akan meningkat.

Menurut dia, pada langkah pendek menjaga stabilitas harga, pemerintah perlu melakukan operasi pasar (OP) dengan membanjiri stok di pasar. Dengan itu, dia memproyeksi harga dapat turun secara signifikan.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai, perlu ada cara lain dalam menahan inflasi kelompok bahan makanan dan sekaligus menjaga stabilitas harga dan pasokan.

“Gudang ini harus diperbaiki, yang ada pengaturnya. Jadi nanti ketika panen bisa terserap,” kata Darmin.

Menurut Darmin, saat ini apabila belum ada langkah lain untuk mengantisipasi pasokan, maka harga pangan ketika panen akan jatuh sedangkan bila tidak ada panen harganya akan naik. Dia mencontohkan, di Brebes yang merupakan sentra bawang merah sudah terdapat gudang pengatur namun belum memiliki cold storage levelnya. Sedangkan, kapasitas penyerapan pasokan ketika panen cukup besar.

“Nanti kita lihat, sudah beroperasi itu. Dia buat gudang, enam bulan tahan, tetap segar,” kata dia.

Sehingga, kata Darmin, tahun depan diharapkan ketika panen berlangsung semua hasil produksi dapat dimasukkan ke dalam gudang untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan hingga enam bulan pascapanen. Kendati demikian, Darmin belum mengetahui apakah gudang tersebut cocok untuk dijadikan gudang penimpanan komoditas lainnya atau tidak.

Darmin memastikan, pemerintah tidak perlu mengambil langkah jangka pendek maupun langkah spesial dalam menghadapi inflasi April kemarin. Menurutnya, kondisi ekonomi saat ini terbilang baik-baik saja hanya memang ada beberapa hal yang perlu diperbaiki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement