REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertamina sedang menguji coba teknologi baru untuk bisa meningkatkan produksi Blok Mahakam. Direktur Hulu Pertamina, Dharmawan Samsu menjelaskan teknologi tersebut saat ini masih dalam tahap pengembangan dan baru akan dipakai pada 2020 mendatang.
Sayangnya, Dharmawan belum ingin mengelaborasi lebih jauh teknologi tersebut. Ia hanya menjelaskan saat ini teknologi tersebut akan meningkatkan efisiensi kerja pengeboran di Blok Mahakam.
Saat ini katanya, Pertamina masih melakukan studi belum kepada detail konsep, hanya saja, ia berharap dengan adanya teknologi tersebut kerja di Blok Mahakam bisa lebih efisien.
"Secara teknis, misalnya, mau bor di Mahakam itu harus dikeruk dulu. Baru menyusun pipa. Bagaimana cara ini biar efisien. Misalnya target bor dimana, sudah dikeruk, kemudian pipa dipasang semua. Baru teknologi masuk," ujar Dharmawan di Kementerian ESDM, Jumat (3/5).
Ia juga menjelaskan untuk bisa menjaga Blok Mahakam dari decline maka tahun ini Pertamina mengebor 118 sumur. Meski kata Dharmawan saat ini masih menggunakan teknologi tradisional namun mengedepankan efektifitas.
"Jadi biayanya tidak membengkak. Kalau jumlah sumur yang di bor ya 118 sumur. Lebih fair dikatakan bahwa kami berusaha mendekati target APBN. Targetkan tahun ini decline rate bisa nol, nggak gampang dibandingkan awal tahun. Diusahakan bisa stabil," ujar Dharmawan.
Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatatkan kinerja produksi gas Pertamina Hulu Mahakam (PHM) yang masih belum cukup baik. Deputi Operasi SKK Migas Fatar Yani menjelaskan, penyebabnya adalah terdapat gap sekitar 60 MMSCFD dari realisasi akhir tahun 2018 yang terbawa ke 2019.
"Namun demikian, tetap akan dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan produksi baik dari kegiatan pemboran, workover/well service ataupun penerapan teknologi," ujar Fatar pekan lalu.
Namun, lanjut Fatar, untuk kinerja produksi minyak dan kondensat dari PHM saat ini sudah membaik dibanding tahun lalu. Lebih lanjut, ia menjelaskan, membaiknya kinerja produksi tersebut disebabkan decline rate yang mampu ditekan dari sekitar 18 persen per tahun menjadi 10 persen per tahun (status hingga Maret 2019).
"Secara keseluruhan, sampai dengan kuartal I 2019, produksi minyak dan kondensat PHM sebesar 38 MBOPD dan produksi gas sebesar 726 MMSCFD," tuturnya.