REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO – Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) melakukan penandatanganan MoU Kerjasama dengan perusahan Jepang, Sakata Seed Corporation (SCC). Penandatanganan ini sekaligus upaya pemerintah dalam membuat Joint Developing Program for New Plant Resources dengan Hirata Corporation.
"MoU dengan SSC merupakan perpanjangan MoU hingga 5 tahun ke depan untuk mengembangkan tanaman hias pacar air (impatient)," ujar Kepala Balitbang Kementan Fadjry Djufry, Kamis (2/5).
Kerjasama ini adalah kelanjutan atas penemuan varietas baru untuk tanaman pacar air yang tahan tekanan panas dan kekeringan, yang selanjutnya disebut sunpatient.
Tanaman ini dipasarkan oleh Sakata Seed Corporation ke seluruh dunia dengan pangsa pasar terbesar adalah Amerika Serikat. Selama 10 tahun kerja sama, Indonesia telah memperoleh pembayaran royalti senilai 5 miliar dari setiap penjualan benih (berupa stek) impatient," katanya.
Selain itu, ada juga manfaat lain berupa non finansial, yakni pengembangan sumber daya manusia. Sementara MoU yang ditandatangani ini memperluas kerja sama baru di sektor hortikultura, termasuk tanaman pangan dan tanaman perkebunan yang dikelola oleh unit Kerja lain di bawah Balitbangtan.
"Indonesia sebenarnya kaya akan keanekaragaman hayati. Namun, dalam pemanfaatan kekayaan sumberdaya genetik kita masih kekurangan teknologi. Untuk itu, saya berharap bahwa dari kolaborasi ini akan menyediakan transfer teknologi yang dibutuhkan oleh Indonesia untuk melestarikan dan memanfaatkan sumber daya genetik tanaman," katanya.
Sementara itu, President Sakata Seed Corporation, Hiroshi Sakata menyampaikan bahwa Indonesia harus melindungi kekayaan sumber daya genetik dengan memanfaatkan kerja sama ini. Apalagi komitmen yang selama ini dibangun memiliki kredibilitas yang tinggi untuk memperoleh manfaat sebanyak-banyak nya.
"Kami menawarkan kerja sama untuk dua komoditas sayuran penting di Indonesia yaitu cabe dan bawang merah. Kami juga menawarkan kerja sama teknologi gen adding yang dikuasai Sakata. Teknologi ini mampu menghasilkan benih hibrida dalam kuantitas yang besar," katanya.
Kepala Balitbangtan menjalin kerja sama dengan SCC Jepang
Sekedar diketahui, Sakata Seed Corporation adalah salah satu perusahaan benih internasional yang berbasis di Jepang. Perusahaan ini percaya mampu menjadi jendela peluang untuk memasarkan produk Indonesia ke pasar internasional. Lebih dari itu, Kementerian Pertanian sedang menargetkan Indonesia menjdi lumbung pangan dunia 2045.
Karena itu, sebagai salah satu ujung tombak pertanian, Balitbangtan perlu meningkatkan nilai tambah sumberdaya genetik pertanian di Indonesia dengan teknologi yang dimiliki Sakata Seed Corporation.
Di sisi lain, pertemuan Balitbangtan dengan Yasuhide Hiraga dari Hirata Corporation sukses membuat kesepakatan untuk melaksanakan penelitian bersama dengan topik pengembangan berkelanjutan sumber daya nabati baru seperti makanan fungsional, kosmetik dan penggunaan toiletry serta farmasi.
Dalam kesempatanya, Hiraga menyampaikan bahwa negata Jepang selama bertahun-tahun terus fokus pada bahan komoditas dalam negeri dengan pendekatan sintetis untuk mengembangkan minuman diet, teh khusus dll atau obat baru.
"Namun, ke depan kita perlu upaya untuk mencari sumber daya baru, dan berharap dapat bekerjasama dengan Balitbangtan. Kerjasama ini juga diharapkan untuk melindungi sumber daya genetik di Jepang dalam menghadapi perubahan iklim," katanya.
Mengenai hal ini, Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry menyambut baik rencana kerja sama tersebut dan akan melakukan koordinasi internal untuk membahas usulan ini. Selain itu, Fadjry juga meminta pemanfaatan sumber daya genetik untuk dimanfaatkan secara komersial.
"Kita akan lakukan sesuai dengan peraturan perundangan dan kebijakan Nasional serta untuk akses dan benefit sharing sesuai dengan CBD (Convention on Biological Diversity) dan International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture," tutupnya.