Senin 29 Apr 2019 13:11 WIB

Jamur Tiram Diharap Tingkatkan Ekonomi Masyarakat Ngawi

Warga Ngawi terus mengembangkan diri membuat olahan-olahan dari jamur tiram

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Jamur Tiram
Jamur Tiram

REPUBLIKA.CO.ID, NGAWI -- Warga kaki Gunung Lawu, Desa Kuniran, Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, berupaya meningkatkan ekonomi keluarga lewat inovasi pengolahan jamur tiram. Warga sekitar terus mengembangkan diri membuat olahan-olahan dari jamur tiram, dengan harapan nilai jualnya lebih tinggi ketimbang nilai jual mentah.

Kepala Desa Kuniran Heri Sugianto mengatakan, selama ini masyarakat sekitar hanya menjual jamur tiram mentah dengan harga Rp 10 ribu. "Nantinya kita harapkan tidak begitu panen langsung dijual. Tapi bisa dibuat olahan sehingga begitu dijual harganya bisa lebih tinggi," kata Heri ditemui akhir pekan kemarin.

Heri mengakui, produksi jamur tiram di desa yang dipimpinnya mulai jadi buruan masyarakat. Konsumen dari Sragen, Karang Anyar, Surabaya, hingga Jakarta, berdatangan ke sana untuk membeli jamur tiram hasil tanam masyarakat sekitar. Bahkan, kata dia, petani jamur tiram di desa tersebut masih kewalahan memenuhi permintaan dari para konsumen.

Heri mengaku, ada sekitar seratusan warga di desa tersebut yang tergabung dalam beberapa kelompok, yang menanam jamur tiram. Mereka memanfaatkan waktu senggang di sela-sela bertani padi dan beternak, untuk membudidayakan jamur tiram, untuk penghasilan tambahan.

"Tapi ya itu, warga baru sebatas menanam dan memanen. Dalam sehari bisa sekitar dua kuintal jamur diproduksi di Kuniran. Kelompok tani kemudian menjualnya ke tengkulak. Tapi ya harganya masih murah," kata Heri.

Salah seorang petani jamur tiram dari kelompok Mekar Sari, Tohar pun mengakui, bertani jamur masih menjadi mata pencaharian sampingan bagi masyarakat di sana. Namun, menurutnya, bukan tidak mungkin bertani jamur bisa menjadi mata pencaharian utama jika bisa menghasilakan nilai ekonomi yang lebih tinggi.

Alasan itu pula yang mendorong masyarakat sekitar mrncoba mengembangkan diri membuat olahan-olahan dari jamur tiram. "Makanya kami tidak ingin berhenti di budidaya jamur saja. Tapi juga belajar membuat olahan jamur yang mudah-mudahab itu punya nilai tambah yang lebih," kata pemilik 5.000 baglog jamur tersebut.

Melihat antusiasme masyarakat sekitar, PT Campina Ice Cream Industry Tbk (Campina) mencoba memberikan bantuan kepada masyarakat sekitar lewat pelatihan dan penyuluhan. Masyarakat di sana diajarkan bagaimana membuat olahan dari jamur yang dirasa bisa meningkatkan nilai jual, sehingga petani jamur lebih diuntungkan.

"Kita coba dengan makanan yang sangat Indonesia. Soto ayam misalnya, diubah jadi soto jamur, siomay jamur, mie ayam jadi mie jamur, sate jamur, nasi goreng jamur. Kita fokusnya ke konsumsi lokal dulu, nanti kalau sudah berlebihan bisa ke luar kota," kata Direktur Umum Campina,  Hendro Hadipranoto.

Selain membantu penyuluhan dan pelatihan pengolahan jamur tiram, Hendro mengaku pihaknya juga memberikan bantuan lainnya. Seperti media tanam atau baglog, rumah bambu tempat penyusunan baglog, hingga alat untuk membuat olahan jamur tiram tersebut.

"Jamur ini potensial sekali. Cuman masyarakat gak tahu cara ngelolanya. Kita mau mulai supaya warga masyarakat di sini bisa mengelola itu. Kita juga bantu nanti pemasarannya," ujar Hendro.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement