REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Perum Bulog mulai mempersiapkan ekspor beras ke sejumlah negara sebagai upaya untuk memperluas pasar beras. Direktur Utama Bulog, Budi Waseso, menyatakan, Bulog sedang memperkuat kesiapan stok, kualitas, serta harga beras yang kompetitif di pasar global.
"Saya sudah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian, kita serap dan produksi beras berkualitas dengan memaksimalkan teknologi, sehingga kita bisa ekspor," kata Buwas, sapaan akrabnya, saat ditemui dalam Perayaan HUT Bulog ke-52 di Jakarta, Sabtu (28/4) malam.
Sebagaimana diketahui, seiring beralihnya mekanisme penyaluran Beras Sejahtera menjadi Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), beras yang di produksi Bulog tidak lagi menjadi satu-satunya pilihan wajib bagi para penerima bantuan. Program BPNT membuat penerima dapat menggunakan bantuan dari pemerintah untuk memilih beras yang disediakan agen penyalur e-warong.
Itu sebabnya, Bulog mulai kehilangan pasar beras dan wajib bersaing di pasar bebas bersama para perusahaan swasta nasional. Buwas mengatakan, pada pekan ini pihaknya siap menjajaki kerja sama dengan negara lain untuk membuka pasar ekspor. Hal ini karena seiring tengah berlangsungnya musim panen raya padi.
Namun, pihaknya enggan menjelaskan negara yang disasar untuk mengekspor beras. "Saya tidak mau sebutkan karena nanti ada intervensi dan pengaruh sehingga negara itu bisa batalkan ekspornya karena konflik kepentingan, baik dari dalam maupun luar negeri," kata Buwas.
Menurut dia, walau bagaimanapun persaingan perdagangan khususnya komoditas beras harus diantisipasi semua pihak. Hal itu bahkan bisa merembet pada konflik kepentingan yang saling menjatuhkan dan merugikan satu sama lain. "Nanti kalau sudah kejadian (ekspor) baru saya bilang," katanya.
Mantan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) itu mengatakan, saat ini jumlah stok beras yang tersimpan di gudang Bulog sudah mencapai 2 juta ton. Pada Mei 2019, akan ada musim panen raya dan ditargetkan Bulog menyerap 500 ribu ton. Ia memprediksi hingga penghujung 2019 stok beras Bulog diperkirakan akan lebih dari 3 juta ton.
Melihat banyaknya stok itu, Buwas mengatakan tantangan Bulog untuk melakukan ekspor beras ada pada kualitas dan harga. Menurut dia, kualitas tak lagi dapat di tawar untuk dapat masuk ke pasar ekspor. Sementara harga, ia menyebut rata-rata harga beras di negara tujuan ekspor yang disasar Bulog lebih murah daripada Indonesia.
"Sedang kita atur semua, dengan kita lakukan perbaikan-perbaikan sehingga kita bisa tekan biaya produksi agar harga lebih rendah tanpa menurunkan kualitas," katanya.