Rabu 24 Apr 2019 23:38 WIB

BPKM Beri Saran untuk Investor Pascapemilu

Reaksi pasar terhadap hitung cepat pemilu belum mencerminkan prospek pertumbuhan.

Rep: Novita Intan/ Red: Dwi Murdaningsih
Karyawan menata kursi di depan monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (25/1).
Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Karyawan menata kursi di depan monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (25/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memberikan tiga saran kepada para investor untuk menanamkan modalnya ke Indonesia. Pertama, para investor harus melihat pergerakan makroekonomi lantaran saat ini diperkirakan terjadi pelebaran defisit neraca transaksi berjalan.

Kedua, pergerakan nilai mata uang rupiah. Saat ini, mata uang Garuda masih tertekan pasca Pemilu. Ketiga, memperhatikan utang pemerintah.

Baca Juga

"Harapan ke depan (data ekonomi) makro lebih baik. Hambatannya suku bunga AS sekarang lebih rileks yang membuat dolar AS pulang kampung dan membuat emerging market kering. Ini harus kita manfaatkan," ujar Direktur Fasilitasi Promosi Daerah BKPM Indra Darmawan saat acara ‘Economic & Investment After 2019 Election: What’s Next?’ di Ritz Carlton Pasific Place, Rabu (24/4).

Kendati demikian, BKPM mengapresiasi pelaksanaan pemilihan umum (pemilu) yang berjalan aman dan damai. Bahkan, pelaksanaan pemilu serentak itu diapresiasi investor.

"Persepsi (investor) mood-nya happy. Meski pergerakan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) belum melejit, tapi itu cukup (meningkat) sampai saat ini. Investor sudah trust dan itu menjadi dasar untuk seseorang memutuskan berinvestasi," ucapnya.

Sementara Sekretaris Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso menambahkan siklus investasi pasca pemilu biasanya mengalami peningkatan. Utamanya pada tren peningkatan investasi di sektor Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

"Begitu ada kejelasan (kondisi politik), pasti akan naik lagi (investasi). Didukung oleh kondisi global terhadap investasi, kami yakin investasi (yang masuk ke Indonesia) tahun ini meningkat cukup signifikan," ucapnya.

Meskipun demikian, tren Penanaman Modal Asing (PMA) dan Foreign Direct Investment (FDI) pasca pemilu mengalami fluktuasi. Para investor menunggu momen-momen politik hingga keadaan stabil dan jelas.

Direktur Utama PT Danareksa Investment Management, Marsangap P Tamba menilai reaksi pasar keuangan dan investasi pasca pemilu masih lesu terhadap prospek pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini menjadi tantangan pemerintah untuk menciptakan iklim keuangan dan investasi yang kondusif di tengah tingginya tensi politik di dalam negeri.

"Reaksi pasar sehubungan dengan hasil quick count (hitung cepat) belum mencerminkan adanya excitement terhadap prospek pertumbuhan ekonomi," ungkapnya.

Apalagi menurutnya kondisi perekonomian global sedang mengalami ketidakpastian yang berasal dari dampak perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, Brexit atau British Exit, hingga proyeksi ekonomi dunia yang mengalami perlemahan.

Namun respons bank sentral The Fed justru menempatkan Indonesia di posisi yang menarik dan menguntungkan. Indonesia sebagai negara tujuan investasi. Hal ini lantaran pemerintah Indonesia berhasil menahan dampak perlemahan ekonomi global dan mampu mengerek pertumbuhan ekonomi nasional.

“Perkembangan ekonomi RI berjalan cukup baik, seperti fokus pemerintah terhadap pembangunan infrastruktur. Kami berharap dapat dinikmati nantinya, sehingga meningkatkan konektivitas maka dengan begitu harga-harga barang terkendali," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement