Rabu 24 Apr 2019 08:00 WIB

Pertumbuhan Ekonomi 2020 Masih Andalkan Sektor Konsumsi

Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 2020 sebesar 5,6 persen.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Friska Yolanda
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kanan) berbincang dengan Kepala Staf Presiden Moeldoko (kiri) disela-sela Sidang Kabinet Paripurna tentang ketersediaan anggaran dan pagu indikatif 2020 di Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (23/4/2019).
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kanan) berbincang dengan Kepala Staf Presiden Moeldoko (kiri) disela-sela Sidang Kabinet Paripurna tentang ketersediaan anggaran dan pagu indikatif 2020 di Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (23/4/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan asumsi awal pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 nanti berkisar 5,3-5,6 persen. Menurutnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga menargetkan pertumbuhan ekonomi dapat mencapai angka 5,6 persen.

"Untuk awal ini kita berasumsi pertumbuhan ekonomi akan berkisar 5,3-5,6 persen. Presiden berharap kita bisa pacu sampai 5,6 persen," ujar Sri Mulyani usai sidang kabinet paripurna terkait ketersediaan anggaran dan pagu indikatif APBN 2020 di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (23/4). 

Baca Juga

Menkeu pun menyampaikan pertumbuhan ekonomi masih akan mengandalkan pada sektor konsumsi dengan agregat 5,2 persen. Kemudian investasi diharapkan dapat tumbuh mendekati pertumbuhan ekonomi yakni sebesar 7,5 persen.

"Sementara ekspor tetap memiliki momentum tumbuh di sekitar 7 persen. Impor kita tetap jaga di 6 persen. Itu semuanya adalah komposisi agregat demand," ucapnya.

Sedangkan di sisi suplai, pemerintah masih akan melihat kembali produktivitas di masing-masing sektor baik pertanian, manufaktur, dan sektor lainnya. "Terutama manufaktur yang selama ini kita harapkan untuk bisa tumbuh di atas yang selama ini hanya 4-5 persen, kita harapkan bisa lebih tinggi," kata Menkeu.

Sedangkan, lanjutnya, inflasi juga akan masih terjaga di kisaran 2-4 persen, suku bunga sekitar 5-5,3 persen, dan nilai tukar rupiah yang bervariasi antara Rp 14 ribu-Rp 15 ribu per dolar AS. 

"Jadi kita akan menggunakan range yang masih lebar," tambahnya.

Sementara itu, Sri Mulyani menyebutkan harga minyak masih di kisaran 60-70 dolar AS per barel. Dan untuk lifting migas diperkirakan hampir sama dengan produksi selama ini. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement