REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memprediksi neraca dagang pada April akan mengalami defisit. Sebab, impor barang konsumsi, terutama untuk bahan pangan, akan mengalami kenaikan. Hal ini seiring dengan menjelang bulan Ramadhan dan Lebaran, di mana masyarakat membutuhkan bahan pangan lebih banyak dibanding dengan bulan lainnya.
Namun, Darmin menjelaskan, dirinya belum dapat memproyeksikan neraca dagang secara kuartal. Meski kuartal pertama menunjukkan defisit dan April diproyeksikan juga akan defisit, tidak menutup kemungkinan kuartal kedua dapat mengalami surplus.
"Kita lihat saja di kuartal pertama. Bulan pertama defisit, bulan kedua dan ketiga surplus, tapi secara kuartal masih defisit," ujarnya saat ditemui usai menggunakan hak suaranya di TPS 20 Kelurahan Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu (17/4).
Darmin menambahkan, kebijakan menaikkan tarif pajak sampai 10 persen atas barang-barang impor, khususnya konsumtif, sudah berjalan. Setidaknya 1.147 barang konsumsi impor sudah mendapat perlakuan ini, dari kosmetik, perabotan, pakaian, alat elektronik hingga produk makanan. Tujuannya adalah untuk menahan laju impor yang diharapkan mampu mengurangi defisit neraca dagang.
Akan tetapi, Darmin mengakui, dampak dari kebijakan tersebut masih belum maksimal. Sebab, banyak aspek yang harus dipelajari, diperbaiki dan disinkronkan dengan keperluan masyarakat. "Pada akhirnya, kebutuhan orang kan yang menentukan," ujar lelaki berusia 71 tahun tersebut.
Dalam laporan ekspor-impor Maret 2019 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada Senin (15/4), terlihat kenaikan impor sejumlah bahan baku makanan. Di antaranya adalah susu, mentega, tepung terigu dan gula yang masing-masing memiliki tingkat kenaikan berbeda.
Pada Maret 2019, jumlah impor gula sebesar 541,65 juta kilogram dengan nilai 191,46 juta dolar AS. Secara nilai, kenaikannya mencapai 14,8 persen dibandingkan Februari 2019 yang mencapai 128,8 juta dolar AS untuk 348,3 juta kilogram gula.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, secara bulanan, impor barang konsumsi yang didalamnya termasuk bahan baku makanan pada Maret 2019 memang mengalami kenaikan hingga 136,4 juta dolar AS atau 13,49 persen. "Dari 1,01 miliar dolar AS jadi 1,14 miliar dolar AS," ujarnya saat konferensi pers di Jakarta, Senin (15/4).
Selain itu, kenaikan impor juga terjadi pada mentega. Tercatat, pada Maret, jumlah impor mentega adalah 2,2 juta kilogram dengan nilai 13,16 juta dolar AS. Total tersebut naik dibanding dengan impor pada Februari yakni 1,19 juta kilogram atau sebesar 7,18 juta dolar AS.
Impor susu juga mengalami kenaikan. Pada Maret, total impor susu sebesar 23,2 juta kilogram senilai 52,62 juta dolar AS. Angka tersebut naik dibanding dengan impor susu pada Februari 2019 yang tercatat 17,84 juta kilogram dengan nilai 41,55 juta dolar AS.
Impor mentega pada Maret 2019 tercatat sebesar 2,2 juta kilogram dengan nilai 13,16 juta dolar AS. Kenaikan terbilang rendah dibanding dengan impor Februari yang tercatat 1,19 juta kilogram mentega dengan nilai 7,18 juta dolar AS.
Sementara itu, impor tepung terigu juga naik. Pada Februari 2019, impornya tercatat mencapai 4,32 juta kilogram dengan nilai 1,44 juta dolar AS. Kemudian, pada Maret 2019, totalnya naik hingga 5,85 juta kilogram dengan nilai 2,01 juta dolar AS.