Jumat 12 Apr 2019 18:51 WIB

BI Sumbar Sebut Sektor Pariwisata Solusi Pertumbuhan Ekonomi

Sumbar memiliki modal yang kuat untuk membangun sektor pariwisata.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Gita Amanda
Desa Terindah. Nagari Tuo Pariangan di Kabupaten Tanah Datar, Sumbar yang dinobatkan sebagai Desa Terindah di dunia oleh Media wisata ternama dari Amerika Serikat Travel Budget
Foto: Republika/Febrian Fachri
Desa Terindah. Nagari Tuo Pariangan di Kabupaten Tanah Datar, Sumbar yang dinobatkan sebagai Desa Terindah di dunia oleh Media wisata ternama dari Amerika Serikat Travel Budget

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), Wahyu Purnama, mengatakan Sumbar memiliki modal yang kuat untuk membangun sektor pariwisata. Sumbar menurut Wahyu telah berhasil menjuarai World’s Best Halal Culinary Destination dan World’s Best Halal Destination pada gelaran World Halal Tourism Award 2016 di Abu Dhabi.

Wahyu menilai Pemerintah Sumbar harus mencari sumber ekonomi baru yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di masa mendatang. Salah satu yang paling potensial ialah sektor pariwisata.

Baca Juga

"Sektor ini diproyeksikan dapat mengubah tren perlambatan pertumbuhan ekonomi yang tengah terjadi apabila dikerjakan dengan serius. Sumatera Barat memiliki modal yang kuat untuk membangun sektor pariwisata,” kata Wahyu melalui siaran pers yang diterima Republika.co.id, Jumat (12/4).

Selain itu menurut Wahyu Ragam kuliner Sumbar juga tidak  kalah menarik. Rendang, kata Wahyu, sudah didaulat sebagai masakan terlezat di dunia versi CNN Travels tahun 2017. Empat tahun sebelumnya, gulungan ombak di Mentawai sudah masuk dalam jajaran ombak terbaik di dunia versi Surfer Magazine. Bahkan Desa Pariangan yang berlokasi di Kabupaten Tanah Datar terpilih menjadi desa terindah di dunia berdasarkan analisa majalah Travel Budget.

"Infrastruktur penunjangnyapun sudah sangat baik, terbukti rasio jalan mantap yang dimiliki Sumbar mencapai 82,5 persen, termasuk yang tertinggi di antara provinsi lain di Indonesia," kata Wahyu menambahkan.

Wahyu mengapresiasi pemerintah yang tengah berupaya untuk menggenjot pembangunan infrastruktur lainnya seperti revitalisasi Pasar Atas Bukittinggi, perbaikan pedestrian di Pusat Kota Padang, pembangunan Gedung Budaya, perluasan runway, apron dan kapasitas Bandara Internasional Minangkabau, serta reaktivasi kereta api untuk tujuan pariwisata dari Padang ke Bukittinggi. Infrastruktur tersebut menurut Wahyu akan menjadi fasilitas penunjang dan penguat sektor pariwisata di Sumbar..

Namun sejauh ini menurut Wahyu besarnya potensi yang dimiliki belum selaras dengan dampak ekonomi yang dihasilkan. Dari target kunjungan wisman yang ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata pada tahun 2018 sebesar 75 ribu orang, hanya tercapai 72,5 persen. Selain itu, rata-rata pertumbuhan LU transportasi dan LU penyediaan akomodasi mamin yang erat kaitannya dengan sektor ini turut melambat di tahun 2018 sebesar 7,35 persen (yoy) dari tahun sebelumnya 7,96 persrn (yoy).

Wahyu menyebut dari sisi investasi yang ditanamkan pada sektor ini juga belum optimal. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang tercatat oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Satu Pintu (DPMPTSP) Sumbar hanya menyumbang 4,39 persen dari total investasi tahun 2018 atau sebesar Rp 101,34 miliar. Sedangkan untuk Penanaman Modal Asing (PMA) menyumbang sebesar 15,27 persen atau sebesar 20,97 juta dolar AS.

“Harus ada strategi maupun upaya untuk mengoptimalkan sektor pariwisata Sumbar ini,” kata Wahyu menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement