REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Grab tengah mengupayakan pendanaan senilai 2 miliar dolar AS atau sekitar Rp 28 triliun (kurs Rp 14.000 per dolar AS) pada tahun ini. Pendanaan ini terkait ekspansi usaha yang dilakukan Grab.
CEO Grab Anthony Tan seperti dikutip Reuters, Senin (8/4) mengatakan, Grab telah mengumpulkan pendanaan hingga 4,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 63 triliun yang menjadikan Grab sebagai perusahaan terbesar di Asia tenggara.
Mega pendanaan ini muncul ketika Grab meluncurkan strategi agresif untuk memperluas rangkaian layanannya, dari transportasi ke pengiriman dan pembayaran makanan. Hal ini menjadikan Grab sebagai aplikasi bagi segalanya di Asia Tenggara, dan dipakai sekitar 650 juta orang.
Grab, yang didukung perusahaan investasi Jepang Softbank berharap untuk menginvestasikan dalam jumlah besar. "Kami memiliki kepercayaan diri yang besar pada dasaenya, dan Softbank sangat senang dengan Grab, di mana SoftBank bakal memberikan dukungan tak terbatas untuk menambah kekuatan kita," kata Tan mengutip pendiri Softbank dan CEO Masayoshi Son.
Pendanaan itu berupa kombinasi antara hutang dan ekuitas. Grab memang sedang mencari cara untuk memperluas bisnisnya dengan cepat, baik untuk layanan transaksi keuangan maupun pengiriman makanan. Tan juga mengatakan, Grab sedang mengincar enam investasi berupa akuisisi tahun ini.
Meski mengaku butuh dana segar, Tan memastikan jika perusahaan belum memutuskan untuk melakukan Initial Public Offering (IPO). Pembiayaan Grab dimulai tak lama setelah akuisisi dengan Uber pada Maret 2018.
Setelah proses akuisisi tersebut, Grab seolah tak berhenti memperoleh suntikan modal dari sejumlah investor.
Softbank Vision Fund telah melakukan investasi sebesar 3 miliar dolar AS pada startup dan perusahaan teknologi di Asia dalam beberapa bulan terakhir. Termasuk ikut dalam penggalangan dana yang dilakukan startup operator hotel India, OYO, yang berhasil kumpulkan dana 1 miliar dolar AS di September 2018.
Grab ingin membawa akses yang merata ke seluruh Asia Tenggara. Grab telah memiliki tiga pusat riset yang tersebar di Seattle, Bangalore dan Beijing.
Meski ke tiga pusat riset tak berada di Asia Tenggara, Tan yakin, Grab bisa melihat bagaimana dampaknya untuk Asia Tenggara.
Grab telah menyandang status decacorn atau startup dengan valuasi di atas 10 miliar dolar AS. Gelar tersebut resmi diraih setelah Grab menyelesaikan pendanaan seri H senilai Iebih dari 4,5 miliar dolar AS.
"Dengan putaran pendanaan saat ini kita menjadi perusahaan Decacorn yang pertama di Asia Tenggara," kata Tan.