REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memproyeksikan pertumbuhan industri manufaktur dapat mencapai 5,4 persen tahun ini. Dengan subsektor yang diperkirakan tumbuh tinggi, antara lain industri makanan dan minuman, industri permesinan, industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki sampai barang elektronika.
Pelaku usaha manufaktur optimistis terhadap pertumbuhan industri tahun ini. Terlebih dari langkah dukungan pemerintah untuk meningkatkan industri manufaktur.
"Kami menyambut baik dengan upaya pemerintah meningkat daya saing manufaktur dalam negeri. Selain itu upaya menggenjot ekspor produk dalam negeri,” kata Direktur Keuangan PT Grand Kartech Tbk, Johanes Budi K dalam keterangan resminya, Jumat (5/4).
Untuk memacu industri manufaktur nasional, pemerintah juga telah menandatangani Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA). Dengan ditekennya perjanjian tersebut, ekspor Indonesia ke Australia akan meningkat, karena Australia telah memberikan komitmen untuk mengeliminasi bea masuk impor untuk seluruh pos tarifnya menjadi nol persen.
Beberapa produk Indonesia yang berpotensi untuk ditingkatkan ekspornya, antara lain produk otomotif khususnya mobil listrik dan hybrid, kayu dan turunannya termasuk furnitur, tekstil dan produk tekstil, ban, alat komunikasi, obat-obatan, permesinan, serta peralatan elektronik.
Terkait adanya kesepakatan dagang melalui kerangka IA-CEPA, Johanes mengatakan, Grand Kartech tengah membidik pasar negeri Kanguru. Ini mengingat perseroan memiliki kemampuan engineering dan manufacturing yang sudah berstandar internasional, yakni ASME (America Society of Mechanical Engineers) dan ISO.
Emiten berkode KRAH ini juga memiliki melayani klien-klien dari perusahaan multinasional. “Pengembangan pasar ini dilakukan KRAH untuk menjawab tantangan produk pembuatan anak negeri mampu berkompetisi di Internasional,” ujar Johanes.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, Kemenperin berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga lainnya untuk terus mendorong industri berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, stabilitas sosial, dan pengembangan sektor swasta yang dinamis.
Airlangga menyampaikan, pemerintah terus berupaya memacu pengembangan industri manufaktur nasional agar lebih berdaya saing global, seiring pelaksanaan peta jalan Making Indonesia 4.0. Selain itu, mengoptimalkan produktivitas, terutama industri yang berorientasi ekspor serta menarik investasi dari industri substitusi impor.
Airlangga menyebutkan, investasi di industri manufaktur dalam negeri dapat meningkat pada tahun ini karena pemerintah telah merilis aturan terkait dengan tax holiday yang mencakup lebih banyak sektor, yaitu melalui PMK 150/2018 tentang Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan.
Selain itu, kepastian untuk mendapatkan insentif tersebut juga lebih jelas dengan adanya online single submission (OSS). “Artinya, investor tidak perlu lagi menunggu, bahwa kondisi ekonomi dan politik Indonesia dinilai stabil,” kata Airlangga.