Jumat 05 Apr 2019 13:42 WIB

Danamon Syariah Salurkan Pembiayaan Rp 4,03 Triliun di 2018

Pertumbuhan pembiayaan terbesar berasal dari sektor consumer asset.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolanda
Petugas melayani nasabah di salah satu kantor Bank Danamon Syariah di Jakarta, Selasa (16/10).
Foto: Republika/Prayogi
Petugas melayani nasabah di salah satu kantor Bank Danamon Syariah di Jakarta, Selasa (16/10).

REPUBLIKA.CO.ID, BALIKPAPAN -- Unit Usaha Syariah (UUS) Bank Danamon telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 4,03 triliun sepanjang 2018. Secara year on year (yoy), angka tersebut tumbuh 13 persen atau Rp 453 miliar dibandingkan tahun sebelumnya yaitu Rp 3,5 triliun.

"Pembiayaan syariah 2018 nilainya 1 per 20 dari total pembiayaan Bank Danamon," ujar Direktur Bank Danamon untuk Unit Usaha Syariah, Herry Hykmanto, saat ditemui di acara Expo Perbankan Syariah 'iB Vaganza' di Balikpapan, Jumat (5/3).

Menurut Herry, perbankan syariah masih memiliki potensi yang sangat besar untuk tumbuh. Sebab, produk-produk syariah pada dasarnya bersifat inklusif yang tidak hanya bisa dinikmati oleh kalangan Muslim tetapi juga non-Muslim. 

Di Danamon Syariah, pertumbuhan pembiayaan terbesar berasal dari sektor consumer asset. Pada 2018, pembiayaan consumer asset tercatat sebesar Rp729 miliar. Secara year on year, pembiayaan ini tumbuh 186 persen atau Rp 474 miliar dari Rp 255 miliar di 2017.

Pertumbuhan pembiayaan terbesar selanjutnya disusul dari sektor Usaha Kecil Menengah (UKM). Sektor ini tumbuh 38 persen secara yoy atau Rp 116 miliar dari Rp309 miliar menjadi Rp 425 miliar. 

Sementara itu, total aset Danamon Syariah pada kuartal empat 2018 juga mengalami pertumbuhan sekitar Rp 5,2 triliun. Secara yoy, aset tumbuh lima persen atau Rp 248 miliar dari Rp 4,9 triliun di kuartal empat 2017. 

Untuk mempercepat pertumbuhan perbankan syariah, Herry mengakui UUS memang harus bersinergi dengan perbankan konvensional terutama dari sisi sumber daya manusia. Pasalnya, salah satu kendala lambatnya pertumbuhan perbankan syariah adalah masih terkesan eksklusif.

"Salah satu kendalanya bank syariah menggunakan bahasa Arab jadi terkesan ekslusif, padahal nasabah bank konvensional juga pasti ada yang membutuhkan produk syariah," kata Herry.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement