REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah diperkirakan akan cenderung bergerak stabil jelang hari H pemilihan umum (pemilu). Pemilu akan digelar kurang dari dua pekan lagi, tepatnya 17 April 2019.
"Biasanya pergerakan jelang pemilu, kurs rupiah cenderung stabil seperti sekarang, menguat dan melemahnya tidak terlalu signifikan. Pasar mulai volatil justru setelah pemilu selesai," kata Analis Pasar Uang Monex Investindo Futures Dini Nurhadi Yasyi di Jakarta, Jumat (5/4).
Menurut Dini, pergerakan kurs rupiah pada tahun pemilu ini sendiri memang volatil. Dalam beberapa hari, pergerakan kurs rupiah memang stabil di mana apresiasi maupun depresiasi tidak terlalu signifikan.
Tapi satu waktu, lanjutnya, begitu ada sentimen negatif terhadap dolar atau sentimen dari eksternal, rupiah bisa menguat secara signifikan. "Kalau saya lihat, pemilu ini memang agak sensitif karena ini akan berpengaruh pada sentimen di pasar. Penting untuk menjaga sentimen dan minat pasar," ujar Dini.
Ia menuturkan pada 2014 rupiah melemah hingga menembus level Rp 12 ribu per dolar AS dan sulit untuk menguat saat itu. Terlebih lagi, ada polemik perbedaan angka peroleh hasil hitung cepat (quick count) pada pemilihan presiden (pilpres). Saat itu sentimen pasar mengambil peran pergerakan rupiah.
Rupiah pun kemudian semakin cenderung melemah sampai akhirnya pada akhir 2014 kurs rupiah menembus rekor tertinggi mencapai Rp 12.900 per dolar AS dan sampai sekarang ternyata rupiah semakin tertekan dan belum pernah menyentuh level Rp 12 ribu per dolar AS.
"Jadi menurut saya, agak krusial buat menjaga sentimen pasar di tengah kondisi dalam negeri yang bisa dikatakan kondisi politiknya belum stabil karena pemilu, terus juga kondisi secara global," kata Dini.