REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Soetrisno Bachir menegaskan, pesantren di Indonesia harus menjadi pusat kewirausahaan. Dengan begitu, para satri dan santriwati lulusan pesantren ke depannya tidak hanya menjadi pemuka agama.
Lebih dari itu, kata dia, lulusan pesantren harus bisa menjadi pengusaha. Ia mengatakan, Presiden Joko Widodo telah menyiapkan program pesantren sebagai pusat kewirausahaan. Menurut dia, dengan program itu, lulusan pesantren bisa menguasai agama sekaligus dunia usaha.
"Itu kan yang diajarkan oleh Rasul, menyebarkan agama Islam sekaligus menjadi pedagang. Karena itu NU (Nahdlatul Ulama) harus menjadi penggerak ekonomi umat Islam di Indonesia," kata di Pondok Pesantren Raudhatul Mutaalimin, Kampung Cilendek, Kelurahan Kotabaru, Kecamatan Cibeureum, Kota Tasikmalaya, Kamis (4/4).
Soetrisno mengatakan, pihaknya sengaja saat ini masih fokus mendatangi pondok pesantren yang masih berada di bawah naungan NU dan Muhammadiyah. Sebab, lanjut dia, NU dan Muhammadiyah merupakan dua organisasi keumatan yang memiliki jumlah pengikut terbesar di Indonesia.
Ia mengatakan, ada sekitar 100 juta umat yang berada dalam naungan NU dan sekira 60 juta umat tergabung dalam Muhammadiyah. "Tentu ormas lain nanti akan berjalan bersama dengan dua ormas besar ini," kata dia.
Soetrisno mengatakan, dua ini harus menjadi lokomotif perubahan umat Islam dengan mulai membangun pondok pesantren sebagai pusat kewirausahaan. Jika sudah efektif, ormas lain bisa mengukuti kegiatan tersebut.