Senin 25 Mar 2019 16:35 WIB

Kementan: Viabilitas Benih Impor Rendah

Tingkat viabilitas benih impor dari Cina terbilang rendah.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi benih bawang putih
Ilustrasi benih bawang putih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Puslitbang Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) Hardianto menjelaskan, peningkatan produktivitas bawang putih terkendala minimnya benih bawang putih yang sesuai dengan ketersediaan lahan tanam di dalam negeri. Sementara itu, tingkat viabilitas benih impor dari Cina terbilang rendah.

"Karena viabilitasnya rendah (benih bawang putih Cina), jadi tanaman itu baru bisa berumbi atau bahkan tidak bisa berumbi sama sekali kalau ditanam di lahan lokal," kata Hardianto saat dihubungi Republika, Senin (25/3).

Baca Juga

Dia menjelaskan, selain viabilitasnya rendah, benih impor sulit meningkatkan produktivitas sebab memakan waktu panen yang cukup lama yakni dalam kurun tujuh hingga delapan bulan ke depan. Hal itu, kata dia, membuat ongkos produksi di tingkat petani semakin bertambah serta kualitas produk yang kurang bagus.

Untuk itu dia menjelaskan, sejak 2017 pemerintah sudah memulai aktivitas riset produk tani hortikultura seperti bawang putih. Riset tersebut, kata dia, dimulai dari program produk lipat ganda (proliga) guna meningkatkan produktivitas benih.

Pihaknya juga memburu beragam benih lokal yang masih terjaga kualitasnya dari sejumlah daerah seperti di Sembalun, hingga daerah-daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Dia menambahkan, sebelum tahun 2017, anggaran alokasi riset produk hortikultura bawang putih memang belum diadakan. Namun sejak kurun waktu tersebut, kata dia, pemerintah berupaya menghasilkan benih bawang putih dengan melakukan upaya tanam di lahan asal tumbuhan (dataran tinggi).

"Ya meskipun ada varietas yang bisa tumbuh di dataran medium dan rendah, tapi kualitas produksinya bisa menjadi tidak bagus. Tidak seperti yang ditanam di dataran tinggi," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement