Sabtu 23 Mar 2019 20:51 WIB

IHLC Sarankan Pemerintah Fokus Enam Sektor Industri Halal

Potensi industri halal di Indonesia bisa memberikan dampak hingga 3,8 miliar dolar AS

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Destinasi wisata halal di Sumatera Selatan (Sumsel) Bait Alquran atau Alquran Akbar yang berupa mushaf Alquran terbuat dari lembaran kayu setinggi 2 meter dengan lebar sekitar 1,5 meter. Berwarna dasar coklat dengan tulisan timbul berwarna emas.
Foto: Republika/Maspril Aries
Destinasi wisata halal di Sumatera Selatan (Sumsel) Bait Alquran atau Alquran Akbar yang berupa mushaf Alquran terbuat dari lembaran kayu setinggi 2 meter dengan lebar sekitar 1,5 meter. Berwarna dasar coklat dengan tulisan timbul berwarna emas.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC) menyatakan Pemerintah perlu memprioritaskan enam sektor yang masuk dalam industri halal. Alasannya, potensi industri halal di Indonesia dapat memberikan dampak ekonomi sebesar 3,8 miliar dolar AS terhadap produk domestik bruto nasional.

Dari hasil riset yang dilakukan bersama DinarStandard, terdapat sektor industri potensial yang perlu difokuskan pemerintah. Wakil Ketua Indonesia Halal Lifestyle Center, Jetti Rosila Hadi, mengatakan, enam sektor yang masuk dalam laporan riset adalah makanan dan minuman, pakaian, wisata halal, hiburan dan media, farmasi, serta kosmetik.

Baca Juga

Keenam sektor yang masuk dalam laporan tersebut, menurut dia, perlu diprioritaskan pemerintah ke depan. Sebab, enam sektor itu yang secara historis terbukti memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

“Kita sudah keluarkan report mengenai potensi ekonomi Islam Indonesia. Laporan ini ditulis berdasarkan data, fakta, dan angka supaya kita bisa tahu potensi dan membuat kebijakan terukur,” kata Jetti saat ditemui Republika.co.id, di STEI SEBI, Depok, Sabtu (23/3).

Jetti menjelaskan, Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia sudah diamini dan diakui semua orang. Namun, dari tahun ke tahun, pengembangan industri halal cenderung jalan di tempat, sementara negara-negara di dunia makin agresif mengembangan industri halal.

“Selama ini kita jalan di tempat karena tidak punya riset. Hasil dari riset ini akan memberikan navigasi terkait sektor apa saja yang mesti di kembangkan,” katanya.

Jetti menjelaskan, penduduk Indonesia menghabiskan 218,8 miliar dolar AS pada 2017 untuk mengkonsumsi enam produk tersebut. Angka tersebut rata-rata naik 9,6 persen dibanding total belanja yang dihabiskan pada 2010 silam.

Pada 2025 mendatang, diprediksi pertumbuhan akan tumbuh sekitar 5,3 persen dari enam sektor yang mewakili industri halal di Indonesia. Karena itu, peningkatan belanja produk halal oleh masyarakat domestik semestinya bisa ditangkap manfaatnya oleh industri lokal.

Terkait ekspor, Jetti mengatakan, saat ini tercatat ada 1,8 miliar penduduk muslim di dunia. Menurut Jetti, jumlah yang besar itu, sangat memungkinkan untuk dimanfaatkan Indonesia sebagai penghasil produk halal.

Lebih lanjut, efek dari pengembangan enam sektor tersebut yakni dapat memberikan dampak pada peningkatan lapangan pekerjaan. Ia mencatat, setidaknya akan ad 127 ribu pekerjaan baru yang dihasilkan dari industri halal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement