Selasa 19 Mar 2019 07:34 WIB

Harga Minyak Global Sentuh Level Tertinggi

Arab Saudi mengisyaratkan OPEC mungkin perlu memperpanjang pemotongan produksi minyak

Harga minyak dunia (ilustrasi).
Foto: REUTERS/Max Rossi
Harga minyak dunia (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak naik mendekati level tertinggi empat bulan terakhir pada penutupan perdagangan Senin (18/3) atau Selasa (19/3) pagi WIB. Kenaikan harga minyak didukung oleh prospek perpanjangan pemangkasan pasokan minyak yang dipimpin Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan tanda-tanda penurunan dalam persediaan minyak mentah AS.

Minyak mentah Brent untuk pengiriman Mei naik 0,38 dolar AS atau 0,6 persen menjadi ditutup pada 67,54 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April naik 0,57 dolar AS atau 1,0 persen menjadi menetap pada 59,09 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Baca Juga

"Kami akan membiarkan kemungkinan tertinggi baru Brent, terutama karena OPEC+ menegaskan kembali komitmen mereka untuk memangkas produksi lebih lanjut melalui sesi menteri akhir pekan lalu," kata Presiden Ritterbusch and Associates, Jim Ritterbusch, dalam sebuah catatan yang dikutip Reuters.

OPEC dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, bertemu di Azerbaijan akhir pekan untuk memantau pakta pengurangan pasokan minyak mentah mereka, di mana mereka mengatakan akan melampaui komitmen dalam beberapa bulan mendatang.

Grup ini juga membatalkan pertemuan luar biasa yang dijadwalkan 17-18 April, yang berarti grup produsen tidak akan bertemu lagi sampai pembicaraan rutin berikutnya pada 25-26 Juni.

Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih mengatakan pada Senin (18/3) bahwa April akan terlalu dini untuk mempertimbangkan keputusan perpanjangan, namun mereka akan terus melakukan upaya untuk mencari pasar yang seimbang. "Konsensus yang kami dengar adalah bahwa April akan terlalu dini untuk membuat keputusan produksi untuk semester kedua," katanya.

Arab Saudi pada Ahad (17/3) mengisyaratkan produsen-produsen mungkin perlu memperpanjang pemotongan 1,2 juta barel per hari melampaui Juni hingga paruh kedua 2019. Kerajaan secara umum telah memotong lebih dramatis daripada beberapa negara lainnya, sementara Rusia, anggota non-OPEC terbesar dalam pakta tersebut, kurang tertarik untuk melanjutkan pengurangan produksi.

"Selama level persediaan meningkat dan kita jauh dari level normal, kita akan tetap di jalurnya, membimbing pasar menuju keseimbangan," kata menteri Saudi Khalid al-Falih.

Ekspor dari produsen terbesar OPEC itu turun menjadi 7,3 juta barel per hari pada Januari dari 7,7 juta barel per hari pada Desember, data resmi menunjukkan. Tanda-tanda penurunan tingkat persediaan minyak mentah di pusat penyimpanan AS di Cushing, Oklahoma, juga mendukung minyak berjangka, kata para pelaku pasar.

Stok minyak mentah di Cushing, titik pengiriman untuk WTI, turun 1,08 juta barel dalam seminggu yang berakhir Jumat (15/3), kata para pedagang, mengutip data dari perusahaan intelijen pasar Genscape.

Secara keseluruhan, persediaan minyak mentah AS diperkirakan telah turun minggu lalu, penurunan mingguan kedua berturut-turut, sebuah jajak pendapat pendahuluan menunjukkan.

Produksi minyak AS dari tujuh formasi serpih utama diperkirakan akan mencapai rekor 8,6 juta barel per hari (bph) pada April, naik 85.000 barel per hari. Kenaikan ini akan menjadi kenaikan bulanan terkecil sejak Mei 2018.

 

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement