Selasa 19 Mar 2019 05:50 WIB

Tekan Impor Sapi, Mentan: Beralih Produksi Sapi Belgia

Budidaya sapi Belgia sudah menghasilkan 400 ekor

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nidia Zuraya
Sapi Belgian Blue yang dikembangkan Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan).
Sapi Belgian Blue yang dikembangkan Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menanggapi bea masuk nol persen atas kerja sama komprehensif dagang antara Indonesia-Australia (IA-CEPA), Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyiapkan rencana jangka panjang untuk menekan impor sapi Australia. Saat ini, kata dia, pemerintah tengah fokus melakukan budidaya sapi Belgia yang memiliki bobot sebesar dua ton.

Dia menjelaskan, sapi Belgia memiliki bobot yang luar biasa besar. Bahkan bobot bayi sapi Belgia berkisar 64 kilogram, berbeda jauh dengan bobot sapi lokal yang hanya berkisar 10-12 kilogram bobotnya.

Baca Juga

Sementara untuk indukan sapi lokal, bobot rata-rata berkisar 300-400 kilogram, hal itu dinilai berbeda jauh dengan sapi Belgia. “Untuk itu kami fokuskan penelitian ke arah ini, prospeknya lebih bagus, efisien. Kami beli sperma sapi Belgia, kami kloning di sini dan budidayakan,” kata Amran kepada Republika, Senin (18/3).

Dia mengatakan, budidaya sapi Belgia sudah mulai terlihat hasilnya. Sejauh ini, kata dia, produksi sapi Belgia sudah menghasilkan 400 ekor yang mana jumlah tersebut merupakan satu-satunya yang ada di wilayah Asia.

Amran menjelaskan, tantangan budidaya sapi Belgia meliputi penyesuaian dengan iklim di Indonesia. Untuk itu, pihaknya mengajak para akademisi dan peneliti untuk mengembangkan dan membudidayakan sapi Belgia.

Kementan juga mendorong pemberian royalti hak paten bagi para peneliti pertanian yang berkontribusi pada kemajuan ketahanan panggan. “Kalau penelitinya diberikan royalti, hasil penelitiannya akan maksimal. Seperti sapi Belgia, aku sudah pesankan kepada mereka untuk berhati-hati merawat dan membudidayakannya. Karena itu adalah proyeksi masa depan,” katanya.

Amran menjelaskan, dengan bobot sapi Belgia yang besar, kebutuhan pangan daging sapi nasional dapat terpenuhi. Sehingga ke depannya, dia berharap, budidaya sapi Belgia dapat meningkatkan ketersediaan daging sapi nasional sehingga dapat menutup keran impor sapi dari Australia.

Sejauh ini, Indonesia masih bergantung pada Australia dalam pasokan daging sapi untuk kebutuhan lokal. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang 2017 saja Indonesia telah mengimpor daging sapi sekitar 160 ribu ton, sebesar 53 persennya merupakan daging sapi impor asal Australia.

BPS mencatat, impor dilakukan karena kebutuhan daging sapi nasional mencapai 784 ribu ton sementara peternak sapi lokal hanya mampu menghasilkan 532 ton daging sapi per tahunnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement