REPUBLIKA.CO.ID, REMBANG -- Semen Gresik punya kiat untuk mendorong generasi milenial Kabupaten Rembang mencintai dan ikut mengangkat potensi kearifan lokal yang ada di daerahnya. Hal ini diwujudkan melalui penyelenggaraan Semen Gresik Virtual Competition (SGVC).
Kepala Departemen Komunikasi dan Hukum PT Semen Gresik, Gatot Mardiana mengungkapkan, SGVC terdiri dari dua kegiatan sekaligus, yakni Semen Gresik Tribute to Batik Lasem dan Semen Gresik Essay Competition.
"Ini merupakan kompetisi adu kreativitas secara digital, yang dihelat dengan menyasar para milenial di Kabupaten Rembang,, agar mereka mencintai potensi dan kearifan lokal," katanya, Jumat (15/3).
Khusus untuk event Semen Gresik Tribute to Batik Lasem, lanjut Gatot, secara spesifik mengusung tema “Redefining Semen Gresik Through The Beauty of Batik Lasem”. Karena Semen Gresik ingin mendorong generasi milenial yang ada di Kabupaten Rembang untuk ikut berkontribusi mengangkat batik Lasem sebagai kearifan lokal melalui kreasi desain motif batik Lasem secara digital.
Tujuannya untuk mengenalkan dan memberi nilai tambah pada Batik Lasem khas Rembang. Kegiatan ini sekaligus juga untuk menumbuhkan gerakan cinta kepada batik khas yang berkembang di daerahnya.
"Ternyata animonya cukup besar, tercatat ada 89 hasil karya level nasional dan 23 karya kategori lokal Rembang yang mengikuti event ini," lanjut Gatot salam keterangan pers yang diterima Republika.co.id.
Sedang untuk event Semen Gresik Essay Competition, lanjunya, mengangkat tema Sumbangsih Industri Hijau Bagi Pembangunan Daerah. Ini diikuti tak kurang 46 pelajar SMA sederajat dari wilayah Kabupaten Rembang.
Gatot juga mengungkapkan, generasi milenial adalah harapan masa depan. Oleh karena itu, Semen Gresik menggelar kegiatan yang bermanfaat untuk mengangkat potensi Rembang dengan cara yang identik dan khas anak- anak muda dibera digital.
Gatot berharap event lomba desain motif Batik Lasem dengan cara digital tak hanya mampu mengangkat Batik Lasem, namun juga mampu menjadi jembatan penyambung proses regenerasi produk unggulan khas Rembang.
"Lomba karya tulis juga bagian dari upaya kita untuk menyemangati gerakan literasi khususnya di kalangan pelajar. Mereka aset masa depan jadi kita apresiasi dengan kedua event ini," tandasnya.
Sementara itu, setelah terseleksi lima nominator, proses penjurian dilaksanakan dengan para peserta melakukan presentasi terhadap masing- masing karyanya di hadapan dewan juri, di pendopo Kabupaten Rembang, Kamis (14/3) kemarin.
Lima nominator juga diminta menyampaikan presentasi hasil karyanya langsung di hadapan dewan juri, yang terdiri atas terdiri dari sejarawan Lasem Edi Winarno, Hawien Wilopo (desainer/pelaku usaha Batik Lasem), Ny Khasiroh Hafidz (Ketua Dekranasda sekaligus Ibu Bupati Rembang) dan seniman Rembang, Abdul Khamim untuk Semen Gresik Tribute to Batik Lasem.
Sedangkan dewan juri untuk Semen Gresik Essay Competition terdiri atas jurnalis senior Gunawan Permadi, pakar komunikasi massa Gilang Desti Parahita dan Sekretaris daerah (Sekda) Rembang Subhakti.
Setelah dilakukan penjurian, pemenang lomba desain motif Batik Lasem kategori nasional adalah Dwi Wahyu Subekti (juara 1), Safiratul Fitriya (juara 2) dan Rima Anggi (juara 3). Sedang kategori lokal masing- masing Hasna Putri (juara 1), Bambang Sokoguru (juara 2) dan Sri Murti Antini (juara 3).
Untuk Lomba karya tulis dimenangkan juara 1 Nadifa Laely (MA AL-Anwar Sarang), juara 2 Mamluatul Hikmah -(SMAN 1 Kragan), juara 3 Sekar Dian Fitriyani (SMAN 1 Kragan) dan juara favorit Shofiyatun Fadzillah (SMAN 2 Rembang).
Ketua Dekranasda Kabupaten Rembang, Khasiroh Hafidz mengapresiasi kegiatan SGVC. Pihaknya berharap kegiatan serupa juga bisa digelar berkelanjutan oleh Semen Gresik.
Tujuannya diarahkan untuk mendukung dan memajukan berbagai sektor di Kabupaten Rembang termasuk menggairahkan sektor pariwisata yang sudah mulai menggeliat di 'Kota Garam' tersebut.
Ia yakin upaya tersebut juga akan mendorong berbagai sektor lain seperti UMKM yang ada di Rembang. Sehingga ujungnya bisa menggerakkan perekonomian, mengurangi pengangguran dan kemiskinan.
"Selain itu juga bisa lebih mengenalkan potensi lokal, sehingga anak- anak muda (kaum milenial) semakin cinta dengan apa yang ada di daerahnya," ujar istri Bupati Rembang ini.