REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri (PDN) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Tjahya Widayanti belum mengetahui adanya laporan mengenai kerugian peternak ayam mandiri sebesar Rp 2 triliun. Sebelumnya diketahui, Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) mengklaim kerugian di tingkat peternak mencapai Rp 2 triliun sejak enam bulan terakhir.
Dia meminta Pinsar untuk membuka data kerugian. “Sudah beberapa hari ini saya belum ke kantor, saya belum cek informasinya. Nanti akan saya cek dulu,” kata Tjahya saat dihubungi Republika, Kamis (14/3).
Dia meminta kepada Pinsar untuk membuka data kerugian petani yang diklaim dengan jumlah tersebut. Dia menambahkan, sebagai sebuah organisasi perhimpunan ternak ayam yang mengetahui akar permasalahan di tingkat peternak dan pasar, Pinsar diminta untuk memberikan masukan kepada Kemendag.
Pihaknya ingin mendengar keluhan dan masukan yang ingin diutarakan Pinsar guna mencari solusi yang saling menguntungkan untuk semua pihak. Dengan koordinasi yang baik, kata dia, Kemendag ingin memastikan klaim kerugian di tingkat peternak mandiri itu secara riil.
“Kalau memang ada masalah dan kerugian, ayo sama-sama kita perbaiki. Ruginya di mana, hitungannya seperti apa, kita ingin tahu,” katanya.
Ketua Umum Pinsar Singgih Januratmoko menanggapi pernyataan tersebut. Pihaknya menyanggupi untuk memberikan masukan kepada Kemendag di sektor tata niaga ternak ayam.
“Insya Allah kami akan penuhi (beri masukan) jika kami dimintai itu,” kata Singgih.
Singgih memaparkan, selama ini terjadi ketidakseimbangan harga di pasaran dengan biaya pokok produksi. Hal itu disebabkan adanya aturan Kemendag yang memutuskan menaikkan harga pokok penjualan (HPP) di tengah daya beli masyarakat yang rendah.
Sementara itu di sisi lain, Kementerian Pertanian (Kementan) juga terus menyuplai bibit anak ayam atau day old chicken (DOC). Dia menambahkan, Pinsar mendorong Kemendag untuk membuat pengaturan suplai dan kebutuhan produk ternak ayam hidup guna melindungi stabilitas harga, terutama di kalangan peternak mandiri.
“Ada undangan dari Kemendag (kepada kami) untuk menghitung pengaturan suplai bersama tim ahli,” katanya.
Sebelumnya, Pinsar mencatat kerugian peternak ayam tingkat mandiri sebesar Rp 2 triliun dari akumulasi perhitungan sejak September 2018 hingga Maret tahun ini. Hal itu, kata dia, karena harga ayam dipatok dengan harga terlalu rendah berangsur-angsur di kisaran Rp 14 ribu per kilogram.
Dia memaparkan, skema perhitungan kerugian yang mencapai Rp 2 triliun itu dilihat dari pembelian DOC per minggu sebanyak 60 juta ekor, di mana peternak mandiri menyerap sebanyak 30 persen DOC. Dari jumlah tersebut, peternak mandiri rata-rata mengalami kerugian sebesar Rp 2.000 per ekor. Jika dikalikan dalam kurun waktu enam bulan lamanya, kata dia, jumlah kerugian yang dirasakan peternak mandiri sebesar Rp 2 triliun.
“Kalau 60 juta ekor DOC dikali 1,7 kilogram, dikali 4,2 minggu, dikali enam bulan, dan dikali Rp 2.000, maka hasilnya ya sekitar Rp 2 triliun,” katanya.
Dia menambahkan, jumlah kerugian tersebut merupakan hasil perhitungan semua asosiasi peternak mandiri secara nasional. Menurutnya, sejak beberapa bulan terakhir, tak sedikit dari peternak mandiri yang mengalami kerugian dan terpaksa menjual serta menggadaikan aset peternakan mereka.
Sebelumnya diketahui, Kementan turut buka suara terkait anjloknya harga ayam di tingkat peternak mandiri. Dalam pernyataannya, Kementan menilai anjloknya harga ayam terjadi karena pasokan ayam yang berlebih.
Prediksi bisnis dengan memanfaatkan momentum market kampanye Pemilu 2019 meleset, hal itu disebabkan tidak adanya perusahaan catering yang memilih mengisi nasi boksnya dengan lauk ayam.