Senin 11 Mar 2019 18:43 WIB

Kota Batu Kembangkan Kawasan Agropolitan Plus Bawang Putih

Petani menilai, menyimpan bawang putih sama artinya menyimpan emas putih.

Red: EH Ismail
Panen bawang putih di Kota Batu, Jawa Timur.
Foto: Humas Kementan.
Panen bawang putih di Kota Batu, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, BATU -- Kota Batu terkenal sebagai destinasi wisata andalan Jawa Timur dengan mengandalkan potensi agrowisata apel dan wahana wisata lainnya. Meski berstatus kota, namun wilayah Batu sangat menonjol sektor pertaniannya, khususnya hortikultura. Dengan luas areal 19.908 hektare, topografi Kota Batu tersusun dari gugusan perbukitan.

Terdapat tiga gunung di Kota Batu, yaitu Gunung Panderman (2020 meter dpl), Gunung Welirang (3.156 meter dpl), dan Gunung Arjuno (3.339 meter dpl). Jenis tanahnya ada empat macam, meliputi andosol, kambisol , aluvial, dan latosol. Andosol dan kambisol dikenal sebagai jenis tanah yang subur dan cocok untuk budi daya pertanian. Sumber air melimpah baik dari Sungai Berantas maupun sumber Air Tanah. Tak mengherankan, Kota Batu tumbuh pesat menjadi sentra hortikultura modern di Jawa Timur.

Direktur Sayuran dan Tanaman Obat pada Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Mohamad Ismail Wahab mengatakan, Kota Batu menjadi salah satu daerah yang ditargetkan untuk pengembangan bawang putih. Apalagi, kawasan Malang Raya termasuk Kota Batu dulu sangat dikenal sebagai sentra bawang putih di Jawa Timur, bahkan nasional.

“Kementerian Pertanian dorong terus daerah tersebut agar bangkit kembali, sehingga nantinya selain Apel juga dikenal kembali bawang putihnya,” kata Ismail di Batu, Ahad (10/3).

Menurut Ismail, Kementan terus memantau Kota Batu Malang yang tergolong antusias dalam menyambut program pengembangan bawang putih yang dicanangkan Kementan, termasuk program wajib tanam importir. Buktinya, dalam kurun tahun 2017-2018 sudah terdapat empat perusahaan yang melaksanakan wajib tanamnya di Kota Batu dengan realisasi tanam 50 hektare.

“Kami berharap pengembangan bawang putih di Kota Batu terus diperluas dan bisa disinergikan dengan agrowisata lain menjadi satu Kawasan Agropolitan terpadu namun tetap berwawasan lingkungan. Ini sangat menarik,” kata dia.

Kepala Dinas Pertanian Kota Batu Sugeng Pramono menerangkan, komoditas hortikultura, seperti buah-buahan, sayuran, dan tanaman hias mendominasi pertanian di wilayahnya. Menurut dia, jenis sayuran yang paling banyak ditanam petani adalah kentang, wortel, sawi putih, paprika, bawang merah, bawang putih, dan sayuran daun lainnya.

Selain hortikultura, dia melanjutkan, Kota Batu juga maju di sektor peternakan, khususnya produksi susu segar. Ada tiga kecamatan sentra utama pertanian, yaitu Batu, Junrejo, dan Bumi Aji. Setidaknya ada 6.000 hektare tanah jenis andosol dan 3.000 hektare tanah kambisol di wilayah Batu yang sangat cocok untuk pengembangan bawang putih.

“Petani semakin antusias tanam bawang putih.Kami berharap ini bisa makin melengkapi kawasan agropolitan Kota Batu,” ujar Sugeng.

Kepala Sub Direktorat Bawang Merah dan Sayuran Umbi Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan Muhammad Agung Sunusi mengatakan, pemerintah pusat sangat mengapresiasi upaya Pemerintah Daerah Kota Batu dalam membangkitkan kembali bawang putih. Sebagai wujud komitmen dukungan pemerintah pusat, Kementan mengalokasikan dana APBN untuk 50 hektare tanam bawang putih di Kota Batu.

“Dana tersebut sifatnya stimulan dan bisa digunakan petani untuk membeli benih, pupuk organik, pupuk anorganik, mulsa, kapur dolomit, dan bahan pengendali OPT ramah lingkungan. Kami dorong terus para importir wajib tanam untuk merealisasi tanamnya di sini,” kata Agung

Anggota Kelompok Tani Kebun Jeruk Sukses Umar Sajidin menyatakan, sejak 2017 lalu telah menanam bawang putih di areal seluas 30 hektare di Desa Sumber Brantas pada ketinggian 1.200 meter dpl. Rata-rata produksinya bisa mencapai 15 ton per hektare dengan varietas lumbuh hijau.

“Nenek-nenek kami selalu ngomong, kalau simpan bawang putih sama artinya menyimpan emas putih,” kata Umar yang mengaku sangat senang dengan adanya program kerja sama tanam dengan importir.

Perwakilan PT Bawang Mas 99 Thio Herry mengatakan, perusahaan senang bisa berpartisipasi dalam mensukseskan program swasembada bawang putih nasional. Total bawang putih yang ditanam ada 40 hektare dengan menggunakan pola bagi hasil 80:20.

“Kami berikan bantuan benih bawang putih 500 kilogram per hektare dan biaya sarana produksi sebesar Rp 15 juta per hektare. Harapan kami bisa lanjut terus, petani senang dan makin fokus dalam berbudidaya bawang putih,” ujar Thio.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement