REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Berdasarkan catatan Kementerian Perindustrian (Kemenperin), kinerja ekspor industri furnitur Indonesia dalam tiga tahun terakhir menunjukkan tren positif. Sepanjang 2018, nilai ekspor produk furnitur nasional mengalami peningkatan sebesar empat persen dari tahun sebelumnya, atau naik menjadi 1,69 miliar dolar AS.
Sembelumnya, pada 2017, capaian industri ekspor furnitur mencapai 1,69 miliar dolar AS. Menteri Perindustrian Airlangga Hartato mengatakan, kemampuan industri manufaktur atau sektor padat karya berorientasi ekspor itu dipacu oleh beberapa hal. Antara lain karena ditopang oleh ketersediaan bahan baku, sumber daya manusia (SDM), dan desain yang menarik.
“Industri furnitur berperan penting dalam mendukung kebijakan hilirisasi industri karena berbasis sumber daya alam lokal,” katanya dalam keterangan pers yang diterima Republika, Ahad (10/3).
Dia mengatakan, pemerintah bertekad memacu kinerja ekspor furnitur dengan mengerahkan potensi bahan baku yang dimiliki. Apalagi, Indonesia merupakan penghasil 80 persen bahan baku rotan dunia. Daerah potensial rotan di Indonesia tersebar di berbagau pulau, terutama di Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera.
Selain rotan, sumber bahan baku kayu di Indonesia juga sangat besar dengan potensi hutan yang sangat luas hingga 120,6 juta hektare yang terdiri dari hutan produksi mencapai 12,8 juta hektare. Menurutnya, dengan potensi sumber daya alam tersebut, pemerintah berupaya mengoptimalisasi potensi industri furnitur nasional melalui beberapa kebijakan.
“Ada program bimbingan teknis produksi, promosi dan pengembangan akses pasar, serta penyiapan SDM industri furnitur yang kompeten,” katanya.