Ahad 10 Mar 2019 12:40 WIB

Bank Dunia Kucurkan 165 Juta Dolar AS ke Pengungsi Rohingya

Bank Dunia telah tiga kali menyumbangkan dana untuk membantu pengungsi Rohingya

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Sejumlah warga Rohingya menunggu di truk Polisi Myanmar untuk dibawa kembali menuju penampungan sementara yang didirika pemerintah di Desa ManSi dekat Sittwe, Negara Bagian Rakhinne, Myanmar. Foto diambil pada 21 November 2018..
Foto: Nyunt Win/EPA EFE
Sejumlah warga Rohingya menunggu di truk Polisi Myanmar untuk dibawa kembali menuju penampungan sementara yang didirika pemerintah di Desa ManSi dekat Sittwe, Negara Bagian Rakhinne, Myanmar. Foto diambil pada 21 November 2018..

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Bank Dunia telah menyetujui hibah sebesar 165 juta dolar AS untuk membantu Bangladesh menangani ratusan ribu pengungsi Rohingya di negaranya. Dana itu diprioritaskan untuk memenuhi layanan dasar, terutama suplai air bersih.

"Hibah itu akan membantu Bangladesh menyediakan layanan dasar dan membangun ketahanan bencana serta sosial bagi Rohingya yang melarikan diri dari kekerasan di Myanmar," kata Bank Dunia dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (9/3), dikutip laman Anadolu Agency.

Baca Juga

Menurut Bank Dunia, selain infrastruktur pasokan air, dana hibah itu akan digunakan untuk membangun jalan, jembatan, dan pemasangan panel surya. Panel tersebut nantinya menjadi sumber energi untuk lampu-lampu di dalam tenda pengungsi.

Direktur pelaksana Bank Dunia untuk Bangladesh dan Bhutan Dandan Chen mengungkapkan, masuknya ratusan ribu pengungsi Rohingya ke Bangladesh telah memberi tekanan pada infrastruktur lokal, layanan, dan sumber daya publik. "Melalui proyek-proyek kami yang ada dan yang baru, kami membantu penduduk setempat," ujar Chen.

Bank Dunia telah tiga kali menyumbangkan dana untuk membantu penanganan krisis Rohingya. Pada Juni 2018, lembaga keuangan itu memang telah mengumumkan rencana pembiayaan sebesar 500 juta dolar AS untuk pengungsi Rohingya.

Gelombang pengungsi Rohingya mulai memasuki Bangladesh pada Agustus 2017, tepatnya setelah militer Myanmar menggelar operasi pemburuan terhadap anggota Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) di Negara Bagian Rakhine. Lebih dari 700 ribu orang Rohingya melarikan diri karena takut menjadi sasaran operasi militer Myanmar.

Masifnya arus pengungsi ke wilayah perbatasan Bangladesh segera memicu krisis kemanusiaan. Para pengungsi Rohingya terpaksa harus tinggal di tenda atau kamp dan meggantungkan hidup pada bantuan internasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement