Jumat 08 Mar 2019 19:52 WIB

Kementan: Banjir Belum Mengganggu Aktivitas Tani

Sebanyak 2.640 hektare lahan pertanian di Jawa Timur terdampak banjir.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Friska Yolanda
Banjir Jatim. Kondisi banjir di wilayah Kabupaten Ponorogo dilihat dari udara, Jumat (8/3). Sebagian wilayah di Jawa Timur, antara lain Ponorogo, Madiun, Ngawi terendam banjir selama tiga hari sejak Rabu (6/3).
Foto: Antara
Banjir Jatim. Kondisi banjir di wilayah Kabupaten Ponorogo dilihat dari udara, Jumat (8/3). Sebagian wilayah di Jawa Timur, antara lain Ponorogo, Madiun, Ngawi terendam banjir selama tiga hari sejak Rabu (6/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Sumarjo Gatot Irianto menyatakan, banjir yang menerjang lahan persawahan di wilayah Jawa Timur belum mengganggu aktivitas pertanian. Sejumlah daerah melaporkan sudah mulai panen.

“Kalau terendam (banjir) dua sampai tiga hari itu belum mengganggu,” kata Sumarjo saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (8/3).

Baca Juga

Dia menjelaskan, saat ini Kementan belum mengetahui jumlah pasti berapa luas lahan persawahan tani yang terdampak banjir. Pihaknya mengaku tengah menginstruksikan jajarannya untuk melakukan identifikasi terhadap lahan yang terdampak di lapangan.

Menurutnya, kategori banjir yang meredam areal persawahan dapat dikatakan mengganggu tergantung dari umur tanaman yang terdampak serta tinggi genangan. Untuk itu pihaknya meminta publik untuk sabar menunggu dan mendoakan agar banjir segera surut.

Sementara itu berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terdapat sejumlah lahan pertanian yang terdampak banjir di beberapa kabupaten yakni Sidoarjo dan Ngawi. Adapun data dari Pemprov Jawa Timur menyebutkan, lahan persawahan seluas 2.640 hektare ikut terdampak.

Berdasarkan data tersebut, luas tanaman padi pada musim penghujan mulai akhir 2018 hingga 2019 ini mencapai 1.128.285 hektare. Diperkirakan, luas panen pada Januari hingga April 2019 mencapai 1.026.083 hektare. Sumarjo menyebut belum mengidentifikasi areal persawahan yang gagal panen (puso) akibat terendam banjir.

Sementara itu Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan Sarwo Edhy menjelaskan, pemerintah akan memberikan bantuan bagi para petani yang sawahnya terdampak banjir. Bantuan tersebut terbagi menjadi dua kategori, yakni sawah dengan asuransi tani dan sawah tanpa asuransi tani.

“Bagi petani yang sawahnya memiliki asuransi tani, pemerintah akan memberikan kompensasi senilai Rp 6 juta per hektare. Sementara untuk petani yang sawahnya tidak memiliki asuransi tani, hanya akan diusulkan pemberian bibit gratis,” katanya.

Dia menjelaskan, kalkulasi kompensasi asuransi tersebut sudah diperhitungkan dan diperkiran cukup bagi petani untuk melakukan budidaya lahannya mulai dari pengolahan lahan, membeli benih, dan juga pupuk.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement