Jumat 08 Mar 2019 12:30 WIB

Indeks Harga Pangan Dunia Naik 1,7 Persen

Harga beras dan sereal, komponen terbesar dalam indeks, stabil 3 bulan berturut-turut

bahan kebutuhan pokok di pasar tradisional
Foto: Musiron/Republika
bahan kebutuhan pokok di pasar tradisional

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Harga-harga pangan dunia naik untuk bulan ketiga berturut-turut pada Februari, meningkat 1,7 persen dibandingkan Januari. Kenaikan tertinggi terjadi pada harga susu yang mencapai 5,6 persen.

Menurut Indeks Harga Makanan yang dirilis Kamis (7/3) oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), meskipun terjadi kenaikan yang dimulai pada Desember, harga-harga masih 2,3 persen di bawah level setahun yang lalu. Indeks harga pangan global pada akhir Februari berada di posisi 167,5 poin, dibandingkan dengan 164,8 poin pada Januari.

Baca Juga

Harga beras dan sereal, komponen terbesar dalam indeks FAO, stabil untuk bulan ketiga berturut-turut. Harga beras dan gandum tidak bergerak sama sekali, sementara harga jagung sedikit lebih tinggi.

Di antara komponen-komponen lain dalam indeks, harga-harga minyak dan lemak naik 1,8 persen karena proses minyak sawit didorong lebih tinggi berdasarkan masalah-masalah musiman.

Indeks daging FAO naik moderat 0,7 persen, dipimpin oleh harga daging sapi dan babi yang lebih tinggi didorong oleh lebih banyak permintaan dari importir. Sementara itu, harga unggas tidak berubah.

Sedangkan untuk harga gula naik 1,2 persen karena produksi yang lebih rendah di India dan sebagian Brasil.

Kenaikan harga susu sebesar 5,6 persen terjadi setelah kenaikan besar dalam harga susu bubuk, karena sedikit penurunan produksi dari Australia dan Selandia Baru dan peningkatan permintaan dari importir tradisional. Indeks susu hampir sama dengan levelnya setahun lalu.

Indeks Harga Makanan FAO bulanan didasarkan pada harga di seluruh dunia untuk 23 kategori komoditas pangan yang mencakup harga untuk 73 produk yang berbeda dibandingkan dengan tahun dasar. Indeks berikutnya dijadwalkan akan dirilis pada 4 April.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement